Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{METANA46292, author = {Intan Septiani and Edy Supriyo}, title = {Optimasi Pembuatan Kitosan Dari Limbah Cangkang Bekicot (Achatina fulica) Menggunakan Factorial Design 2 Pangkat 3}, journal = {METANA}, volume = {18}, number = {1}, year = {2022}, keywords = {cangkang bekicot; kitin; kitosan; deasetilasi}, abstract = { Kitosan merupakan padatan yang berwarna putih kecoklatan, bersifat nontoksit, biodegradable dan biocompatible. Mengolah cangkang bekicot menjadi kitosan melalui tiga proses yaitu deproteinasi yang bertujuan untuk menghilangkan protein, demineralisasi untuk menghilangkan mineral, dan deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil yang masih terikat pada kitosan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutu kitosan yang dihasilkan dari cangkang bekicot dan pengaruh waktu (160 dan 180 menit), rasio (1 : 6,5 dan 1 : 7,5) dan suhu (85 o C dan 95 o C) pada proses deasetilasi terhadap % kadar air yang dihasilkan dan dilakukan proses optimasi dengan variasi waktu deasetilasi untuk menentukan % kadar air kitosan cangkang bekicot. Dari penelitian pembuatan kitosan dari cangkang bekicot didapatkan kondisi optimum proses deasetilasi pada waktu 160 menit, rasio kitin : NaOH 1 : 6,5 dan suhu 95 o C dengan kadar air sebesar 2,2%. Kitosan yang didapatkan memiliki kadar abu sebesar 95,19%, berwarna putih, kitosan yang terbentuk sebesar 9,98% dan kitosan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pengawet bakso dengan masa simpan selama 3 hari. Chitosan is solid with brownish-white color, non-toxic, biodegradable, and biocompatible. Processing snail shells into chitosan go through three processes, namely deproteination which aims to remove protein, demineralization to remove minerals, and deacetylation to remove acetyl groups. This research was conducted to determine the quality of chitosan produced from snail shells and effect of time (160 and 180 minute), ratio ( 1:6,5 and 1:7,5 ) and temperature ( 85 o C and 95 o C ) in the deacetylation process to the % water content and an optimization process with time variations in deacetylation time to determine the % water content of snail shell chitosan. From the research making chitosan from snail shell it was found that the optimum conditions for the deacetylation process were 160 minutes, the ratio of chitin: NaOH 1:6.5, and a temperature of 95 o C with a water content of 2.2%. The chitosan obtained has an ash content of 95.19%, is white, the chitosan formed is 9.98% and the resulting chitosan can be used as a meat ball preservative with a shelf life of 3 days. }, issn = {2549-9130}, pages = {65--70} doi = {10.14710/metana.v18i1.46292}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/46292} }
Refworks Citation Data :
Kitosan merupakan padatan yang berwarna putih kecoklatan, bersifat nontoksit, biodegradable dan biocompatible. Mengolah cangkang bekicot menjadi kitosan melalui tiga proses yaitu deproteinasi yang bertujuan untuk menghilangkan protein, demineralisasi untuk menghilangkan mineral, dan deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil yang masih terikat pada kitosan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutu kitosan yang dihasilkan dari cangkang bekicot dan pengaruh waktu (160 dan 180 menit), rasio (1 : 6,5 dan 1 : 7,5) dan suhu (85oC dan 95oC) pada proses deasetilasi terhadap % kadar air yang dihasilkan dan dilakukan proses optimasi dengan variasi waktu deasetilasi untuk menentukan % kadar air kitosan cangkang bekicot. Dari penelitian pembuatan kitosan dari cangkang bekicot didapatkan kondisi optimum proses deasetilasi pada waktu 160 menit, rasio kitin : NaOH 1 : 6,5 dan suhu 95oC dengan kadar air sebesar 2,2%. Kitosan yang didapatkan memiliki kadar abu sebesar 95,19%, berwarna putih, kitosan yang terbentuk sebesar 9,98% dan kitosan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pengawet bakso dengan masa simpan selama 3 hari.
Chitosan is solid with brownish-white color, non-toxic, biodegradable, and biocompatible. Processing snail shells into chitosan go through three processes, namely deproteination which aims to remove protein, demineralization to remove minerals, and deacetylation to remove acetyl groups. This research was conducted to determine the quality of chitosan produced from snail shells and effect of time (160 and 180 minute), ratio (1:6,5 and 1:7,5) and temperature (85oC and 95oC) in the deacetylation process to the % water content and an optimization process with time variations in deacetylation time to determine the % water content of snail shell chitosan. From the research making chitosan from snail shell it was found that the optimum conditions for the deacetylation process were 160 minutes, the ratio of chitin: NaOH 1:6.5, and a temperature of 95oC with a water content of 2.2%. The chitosan obtained has an ash content of 95.19%, is white, the chitosan formed is 9.98% and the resulting chitosan can be used as a meat ball preservative with a shelf life of 3 days.
Article Metrics:
Last update:
The Effect of Adding Variations in Glycerol Concentration from Used Cooking Oil on the Physical Properties of Edible Film Made from Potato Starch
Last update: 2024-11-21 21:53:03
METANA diterbitkan oleh Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.