Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Departemen Teknologi dan Industri, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{METANA49325, author = {Asmaa Rachma and Edy Supriyo}, title = {Pembuatan Briket Arang Dari Kombinasi Bonggol Jagung Dan Tempurung Kelapa Dengan Polyvinyl Acetate (PVAc) sebagai Perekat}, journal = {METANA}, volume = {18}, number = {2}, year = {2022}, keywords = {Briket; Batok Kelapa; Tongkol Jagung}, abstract = { Kebutuhan bahan bakar di Indonesia semakin lama semakin meningkat dikarenakan aktivitas masyarakat yang juga semakin meningkat. Akibatnya bahan bakar yang tidak terbarukan semakin menipis dan menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Salah satu energi alternatif yang dapat dilakukan adalah penggunaan biomassa. Biomassa ini dapat mengatasi kelangkaan bahan bakar fosil karena ketersediaan bahan yang melimpah di Indonesia. Limbah pertanian digunakan sebagai bahan bakar alternatif karena melimpah dan tidak dimanfaatkan secara optimal. Tempurung kelapa dan bonggol jagung merupakan contoh dari limbah padat pertanian yang tiap tahunnya bertambah produksinya. Maka dari itu kedua bahan tersebut digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan briket arang pengganti bahan bakar fosil. Briket arang merupakan bahan bakar berbentuk padat yang mengandung karbon, menyala dalam waktu yang cukup lama, serta memiliki nilai kalor yang tinggi. Tempurung kelapa dan bonggol jagung diolah menjadi arang dan ditambah pengikat serta dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan briket. Perekat yang digunakan adalah perekat PVAc (Polyvinyl Acetate). Penelitian ini menggunakan metode factorial design dengan 8 percobaan dan variasi suhu yang digunakan 400 o C dan 500 o C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi briket yang terbaik adalah variasi 10 gram tempurung kelapa dan 8 gram bonggol jagung dengan suhu karbonisasi 500 o C, briket ini memiliki nilai kalor 7220,12 Cal/g, kadar abu 7,913%, dan kadar air 7,1%. The need for fuel in Indonesia is increasing over time due to increasing community activities. As a result, non-renewable fuels are running low and become a serious threat to society. One alternative energy that can be done is the use of biomass. This biomass can overcome the scarcity of fossil fuels due to the availability of abundant materials in Indonesia. Agricultural waste is used as an alternative fuel because it is abundant and not used optimally. Coconut shells and corn cobs are examples of agricultural solid wastes which increase in production every year. Therefore, these two materials are used as alternative materials for making charcoal briquettes to replace fossil fuels. Charcoal briquettes are solid fuels that contain carbon, burn for a long time, and have a high calorific value. Coconut shells and corn cobs are processed into charcoal and added with binders and further processing is carried out to make briquettes. The adhesive used is PVAc (Polyvinyl Acetate) adhesive. This study used the factorial design method with 8 experiments and the temperature variations used were 400 o C and 500 o C. The results showed that the best variation of briquettes was the variation of 10 grams of coconut shell and 8 grams of corn cobs with a carbonization temperature of 500 o C, these briquettes had a calorific value of 7220.12 Cal/g, ash content of 7.913%, and water content of 7.1%. }, issn = {2549-9130}, pages = {93--98} doi = {10.14710/metana.v18i2.49325}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/49325} }
Refworks Citation Data :
Kebutuhan bahan bakar di Indonesia semakin lama semakin meningkat dikarenakan aktivitas masyarakat yang juga semakin meningkat. Akibatnya bahan bakar yang tidak terbarukan semakin menipis dan menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Salah satu energi alternatif yang dapat dilakukan adalah penggunaan biomassa. Biomassa ini dapat mengatasi kelangkaan bahan bakar fosil karena ketersediaan bahan yang melimpah di Indonesia. Limbah pertanian digunakan sebagai bahan bakar alternatif karena melimpah dan tidak dimanfaatkan secara optimal. Tempurung kelapa dan bonggol jagung merupakan contoh dari limbah padat pertanian yang tiap tahunnya bertambah produksinya. Maka dari itu kedua bahan tersebut digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan briket arang pengganti bahan bakar fosil. Briket arang merupakan bahan bakar berbentuk padat yang mengandung karbon, menyala dalam waktu yang cukup lama, serta memiliki nilai kalor yang tinggi. Tempurung kelapa dan bonggol jagung diolah menjadi arang dan ditambah pengikat serta dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan briket. Perekat yang digunakan adalah perekat PVAc (Polyvinyl Acetate). Penelitian ini menggunakan metode factorial design dengan 8 percobaan dan variasi suhu yang digunakan 400oC dan 500oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi briket yang terbaik adalah variasi 10 gram tempurung kelapa dan 8 gram bonggol jagung dengan suhu karbonisasi 500oC, briket ini memiliki nilai kalor 7220,12 Cal/g, kadar abu 7,913%, dan kadar air 7,1%.
The need for fuel in Indonesia is increasing over time due to increasing community activities. As a result, non-renewable fuels are running low and become a serious threat to society. One alternative energy that can be done is the use of biomass. This biomass can overcome the scarcity of fossil fuels due to the availability of abundant materials in Indonesia. Agricultural waste is used as an alternative fuel because it is abundant and not used optimally. Coconut shells and corn cobs are examples of agricultural solid wastes which increase in production every year. Therefore, these two materials are used as alternative materials for making charcoal briquettes to replace fossil fuels. Charcoal briquettes are solid fuels that contain carbon, burn for a long time, and have a high calorific value. Coconut shells and corn cobs are processed into charcoal and added with binders and further processing is carried out to make briquettes. The adhesive used is PVAc (Polyvinyl Acetate) adhesive. This study used the factorial design method with 8 experiments and the temperature variations used were 400oC and 500oC. The results showed that the best variation of briquettes was the variation of 10 grams of coconut shell and 8 grams of corn cobs with a carbonization temperature of 500oC, these briquettes had a calorific value of 7220.12 Cal/g, ash content of 7.913%, and water content of 7.1%.
Article Metrics:
Last update:
A Comparative Study of the Adhesive Effects of Polyvinyl Acetate and Molasses on the Durability of Bio–Briquettes Made from Cassava Peel Charcoal
Last update: 2024-10-10 06:39:29
METANA diterbitkan oleh Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.