DOI: https://doi.org/10.14710/mkmi.24.2.180-190

Gambaran Pola Sebaran Kasus Rabies di Sumatera Barat Tahun 2019- 2023

1Magister Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang, Laboratorium Patologi Balai Veteriner Bukittinggi, Indonesia

2Magister Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang, Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

3Bagian Kesehatn Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

4 Bagian Invormasi Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi, Indonesia

5 Laboratorium Patologi Balai Veteriner Bukittinggi, Indonesia

6 Laboratorium Virologi Balai Veteriner Bukittinggi, Indonesia

7 Laboratorium Bioteknologi Balai Veteriner Bukittinggi, Indonesia

View all affiliations
Received: 24 Jan 2025; Revised: 11 Mar 2025; Accepted: 3 Apr 2025; Available online: 15 Jun 2025; Published: 29 Jun 2025.
Editor(s): Suci Amalia, S.Gz., M.Gz
Open Access Copyright (c) 2025 MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Citation Format:
Abstract

Latar belakang: Rabies merupakan penyakit infeksi Anthropozoonosis akut yang menyerang sistem saraf pusat, disebabkan oleh virus dari keluarga Rhabdovirus dan genus Lysavirus, dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai 100%. Semua provinsi di Sumatera termasuk wilayah endemis rabies, kecuali Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Studi ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan tren kasus rabies di Sumatera Barat.
Metode: Penelitian menggunakan data sekunder pengujian Fluorescent Antibody Test (FAT) sebanyak 465 sampel pasif dari tahun 2019 hingga 2023, data vaksinasi dan populasi dari Dinas Peternakan, serta iSHIKHNAS. Data dianalisis dan disajikan dalam bentuk diskriptif statistika.
Hasil: Tahun 2019–2023, Balai Veteriner (BVet) Bukittinggi mencatat 465 kasus rabies di Sumatera Barat. Proporsi kasus menurun rata-rata 65,01%, kecuali di Kabupaten Lima Puluh Kota yang mengalami peningkatan tahun 2023. Kasus tertinggi di Kabupaten Lima Puluh Kota (86 kasus), diikuti Agam (40 kasus), Sijunjung (39 kasus), dan Pasaman Barat (39 kasus). Kasus tertinggi pada anjing terjadi pada Maret 2019 (12 kasus), dengan rata-rata bulanan tertinggi pada Maret, Juli, Agustus dan Oktober, diduga terkait musim kawin anjing. Frekuensi Hewan Penular Rabies (HPR) positif rabies terbanyak adalah anjing (86,35%), kucing (12,55%), monyet (0,37%), dan satwa liar lainnya (0,74%). Gigitan HPR juga dilaporkan pada ternak dengan proporsi positif 88,24%. Tahun 2023 cakupan vaksinasi kucing 60,83%, anjing 38,67%, primata lain 0,46% dan kera 0,04%.
Simpulan: Kasus rabies terbanyak di Kabupaten Lima Puluh Kora. Rata-rata kasus tertinggi pada bulan Maret, Juli, Agustus dan Oktober, diduga terkait musim kawin anjing. Kasus rabies terbanyak terjadi pada anjing (86,35%). Rekomendasi meliputi peningkatan cakupan vaksinasi pada anjing, vaksinasi dua kali setahun sebelum musim kawin atau menjelang peningkatan tren kasus, edukasi masyarakat, peningkatan lalu lintas ternak, dan investigasi khusus di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Kata kunci: Rabies; Sumatera Barat; Hewan Penular Rabies (HPR)

 

ABSTRACT
Title: Distribution of Rabies Cases in West Sumatra 2019-2023

Background: Rabies is an acute Anthropozoonosis infectious disease that attacks the central nervous system, caused by viruses from the Rhabdovirus family and the Lysavirus genus, with a Case Fatality Rate (CFR) reaching 100%. All provinces in Sumatra are endemic areas for rabies, except Bangka Belitung and the Riau Islands. This study aims to determine the distribution and trends of rabies cases in West Sumatra.
Method: The study used secondary data from the Fluorescent Antibody Test (FAT) of 465 passive samples from 2019 to 2023, vaccination and population data from the Animal Husbandry Service, and iSHIKHNAS. The data were analyzed and presented in the form of descriptive statistics.
Result: In 2019–2023, the Bukittinggi Veterinary Center (BVet) recorded 465 cases of rabies in West Sumatra. The proportion of cases decreased by an average of 65.01%, except in Limapuluh Kota Regency which experienced an increase in 2023. The highest cases were in Limapuluh Kota Regency (86) followed by Agam (40), Sijunjung (39) and West Pasaman (39). The highest cases in dogs occurred in March 2019 (12 cases), with the highest monthly average in March, July, August and October, thought to be related to the dog mating season. The highest frequency of rabies-positive animals transmitting rabies were dogs (86.35%), cats (12.55%), monkeys (0.37%), and other stray animals (0.74%). Animals transmitting rabies bites were also reported in livestock with a positive proportion of 88.24%. In 2023, vaccination coverage for cats will be 60.83%, dogs 38.67%, other primates 0.46% and monkeys 0.04%.
Conclusion: The highest rabies cases are in Lima Puluh Kora Regency. The highest average cases are in March, July, August and October, allegedly related to the dog mating season. The highest rabies cases occur in dogs (86.35%). Recommendations include increasing vaccination coverage in dogs, vaccinating twice a year before the breeding season or ahead of an increase in case trends, public education, increasing livestock traffic, and special investigations in the Limapuluh Kota District.

Keywords: Rabies; West Sumatra; Animals transmiting Rabies

Fulltext View|Download
Keywords: Rabies; Sumatera Barat; Hewan Penular Rabies (HPR)

Article Metrics:

Article Info
Section: Research Article
Language : ID
Recent articles
Evaluasi Program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Puskesmas Berdasarkan Tingkat Capaian di Kota Tegal (Studi di Puskesmas Tegal Selatan dan Puskesmas Tegal Timur) Perilaku Picky Eater dan Pola Konsumsi Makan Balita Usia 24-59 Bulan Persepsi Karyawan terhadap Upaya Pencegahan Penularan COVID-19 di Tempat Kerja Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Negara Berkembang: Literature Review More recent articles
Most cited articles
Perilaku Wanita Pekerja Seks dalam Pencegahan Infeksi Menular Seksual (Studi Kualitatif Pada Anak Asuh di Lokalisasi Gembol, Sukosari, Bawen, Kabupaten Semarang) Analisis Karakteristik Lingkungan Pada Kejadian Leptospirosis di Kabupaten Demak Jawa Tengah Tahun 2009 Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo Rokok, Pola Pemasaran dan Perilaku Merokok Siswa SMA/Sederajat di Kota Semarang More cited articles
  1. R. Singh et al., “Rabies – Epidemiology, pathogenesis, public health concerns and advances in diagnosis and control: A comprehensive review,” Jan. 01, 2017, Taylor and Francis Ltd. doi: 10.1080/01652176.2017.1343516
  2. Soebronto, Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing, Pertama. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 2006
  3. WHO, “WHO Expert Consultation on Rabies Third report,” 2018. [Online]. Available: www.who.int/bookorders
  4. Budi Tri Akoso, Pencegahan dan Pengendalian Rabies (Penyakit Menular Pada Hewan dan Manusia), Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Kanisius, Jogjakarta, 2007
  5. Bambang Sumiarto and Setiawan Budiharta, Epidemiology Veteriner Analitik. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 2016
  6. S. Jayaputri et al., “Copyright @ Anak Agung Proses Infeksi Akibat Virus Rabies: Tinjauan Terhadap Patogenesis Dan Penanganannya,” 2024
  7. Wibawa Kunta, Seviana Tiomaida, Sibuea Farida, and Veronika Evida, “Profil Kesehatan Indonesia 2023,” 2024
  8. A. Hukmi et al., Masterplan Nasional Pemberantasan Rabies di Indonesia. 2019
  9. Kemenkes RI et al., Buku Saku Rabies Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di indonesia. 2019
  10. BVet Bukittinggi, “Peta Penyakit Hewan," pertanian.go.id https://bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.g o.id › page-...”
  11. G. J. Musa et al., “Use of GIS Mapping as a Public Health Tool–-From Cholera to Cancer,” 2013, SAGE Publications Ltd. doi: 10.4137/HSI.S10471
  12. Undang - Undang, UU Nomor 7 Tahun 1968. 1968
  13. Undang - Undang, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. 1962
  14. Undang-Undang, Undang-Undang Republik Indonesia No 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular. 1984
  15. T. S. Naipospos, “Rabies_zoonosis_dan_anjing_jalanan_Mei_2,” 2010
  16. E. H. Hikufe et al., “Ecology and epidemiology of rabies in humans, domestic animals and wildlife in Namibia, 2011- 2017,” PLoS Negl Trop Dis, vol. 13, no. 4, Apr. 2019, doi: 10.1371/journal.pntd.0007355
  17. Z. Arifin, “politik identitas buru babi,” 2012
  18. Heri Suprayogi, “Berburu Babi: Kajian Anthropologi Terhadap Permainan Rakyat Minangkabau Sebagai Salah Satu Pembentuk Identitas Budaya Di Sumatera Barat, https://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/2229,” 2004
  19. A. Junaidi, “Reproduksi Dan Obstetri pada Anjing,” 2021
  20. M.-A. Widdowson, G. J. Morales, S. Chaves, and J. Mcgrane, “Epidemiology of Urban Canine Rabies, Santa Cruz, Bolivia, 1972-1997,” 2002
  21. P. P. Mshelbwala, A. B. Ogunkoya, and B.V. Maikai, “Detection of Rabies Antigen in the Saliva and Brains of Apparently Healthy Dogs Slaughtered for Human Consumption and Its Public Health Implications in Abia State, Nigeria,” ISRN Vet Sci, vol. 2013, pp. 1–5, Dec. 2013, doi: 10.1155/2013/468043
  22. S. Richards, R. Rusk, and D. Douma, “Article A One Health approach to rabies management in Manitoba, Canada,” 2019
  23. N. Tri Satra P, Penyakit_Hewan_Dampak_Bagi_Kesehatan_Mas. 2014
  24. G. Wiedani Kusuma Dyah Larasati, zoonosis dari perspektif kesehatan masyarakat. Solok, Sumatera Barat, 2024
  25. M. Subrata, S. G. Purnama, A. Utami, K. Karang Agustina, and I. Swacita, “Role Of Stakeholder In Rabies Control With Integrated One Health Approach In Bali,” Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, vol. 09, 2020
  26. M. Kamil and B. Sumiarto, “Kajian Kasus Kontrol Rabies pada Anjing di Kabupaten Agam Sumatera Barat,” Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, 2003
  27. K. Anindita, Y. Sugiarti, and A. Meliala, “Investigasi Outbreak Rabies Kabupaten Sijunjung Pada Bulan Januari 2018 - Februari 2019, Prosiding Ratekpil Penyidikan Penyakit Hewan Peta Penyakit Hewan di Indonesia, Edisi Pelvi,” 2019, pp. 149–174
  28. H. Bourhy, J. A. Cowley, F. Larrous, E. C. Holmes, and P. J. Walker, “Phylogenetic relationships among rhabdoviruses inferred using the L polymerase gene,” Journal of General Virology, vol. 86, no. 10, pp. 2849–2858, Oct. 2005, doi: 10.1099/vir.0.81128-0
  29. V. Servas et al., “An imported case of canine rabies in Aquitaine: Investigation and management of the contacts at risk, August 2004-March 2005,” Eurosurveillance, vol. 10, no. 11, pp. 9–10, Nov. 2005, doi: 10.2807/esm.10.11.00578-en
  30. C. Windiyaningsih, H. Wilde, F. X. Meslin, T. Suroso, and H. S. Widarso, “The rabies epidemic on Flores Island, Indonesia (1998- 2003).,” J Med Assoc Thai, vol. 87, no. 11, pp. 1389–93, Nov. 2004
  31. I. N. Dibia, K. Diarmita, N. L. Dartini, and N. M. Arsani, “Analisis Kuantitatif Risiko Penyebaran Rabies dari Bali,” Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, vol. XXVI, No.84, Jun. 2014
  32. H. Susetya, M. Sugiyama, A. Inagaki, N. Ito, G. Mudiarto, and N. Minamoto, “Molecular epidemiology of rabies in Indonesia,” Virus Res, vol. 135, no. 1, pp. 144–149, Jul. 2008, doi: 10.1016/j.virusres.2008.03.001

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2025-06-30 04:55:05

No citation recorded.