‘HUKUM YANG HIDUP’ DALAM RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP): ANTARA AKOMODASI DAN NEGASI

Tody Sasmitha Jiwa Utama
DOI: 10.14710/mmh.49.1.2020.14-25
Copyright (c) 2020 Masalah-Masalah Hukum License URL: http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0

Abstract

Rancangan KUHP yang baru mempromosikan ‘hukum yang hidup’ (hukum adat) sebagai dasar pemidanaan sekaligus memperluas pemaknaan atas asas legalitas. Insiasi ini juga menunjukkan upaya negara untuk melakukan inkorporasi hukum non-negara kedalam sistem hukum negara. Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan dua hal. Pertama, bagaimana hukum yang hidup dikonstruksikan dalam RUU KUHP dan apa orientasi pengaturannya. Kedua, apa saja implikasi yang dihasilkan dari orientasi tersebut. Dengan menggunakan pluralisme hukum sebagai instrumen analisis, artikel berargumen bahwa akomodasi tersebut adalah sebuah rekonstruksi yang parsial. RUU KUHP hanya menggunakan ‘hukum yang hidup’ untuk menjatuhkan pidana tetapi mengabaikan ‘hukum yang hidup’ sebagai dasar mengurangi pidana atau membebaskan seseorang dari pidana. Konstruksi ini berisiko menimbulkan kesewenang-wenangan negara dan melahirkan dualitas hukum adat.

Full Text: PDF

Keywords

Hukum yang Hidup; Hukum Adat; Pluralisme Hukum; RUU Hukum Pidana; Legalitas Materiil

References

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara. (2015). Pernyataan AMAN dalam Memperingati 2 tahun Putusan MK No. 35/PUU-IX/2012: Hentikan Segera Kriminalisasi Masyarakat Adat. Retrieved September 18, 2019, from Http://www.aman.or.id website: http://www.aman.or.id/wp-content/uploads/2015/05/Siaran-Pers-Pernyataan-AMAN-dalam-Memperingati-2-tahun-Putusan-MK-35.pdf

Amalia, N., Mukhlis, & Yusrizal. (2018). Adat Court Judge: Tradition and Practice of Dispute Resolution Between Societies in Aceh. Journal of Law, Policy and Globalization, 77, 11.

Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2015). Draft Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Retrieved from https://www.bphn.go.id/data/documents/naskah_akademik_tentang_kuhp_dengan_lampiran.pdf

Benda-Beckmann, F. von, & Benda-Beckmann, K. von. (2009). The Social Life of Living Law in Indonesia. In Living Law: Reconsidering Eugen Ehrlich. https://doi.org/10.5040/9781472564603

Benda-Beckmann, F. von, & Benda-Beckmann, K. von. (2011). Myths and stereotypes about adat law: A reassessment of Van Vollenhoven in the light of current struggles over adat law in Indonesia. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde, 167(2/3), 167–195.

Bowen, J. R. (2003). Islam, Law, and Equality in Indonesia: An Anthropology of Public Reasoning. New York: Cambridge University Press.

Bräuchler, B. (2010). The Revival Dilemma: Reflections on Human Rights, Self-Determination and Legal Pluralism in Eastern Indonesia. The Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, 42(62), 1–42. https://doi.org/10.1080/07329113.2010.10756648

de Sousa Santos, B. (1987). Law: A Map of Misreading. Toward a Postmodern Conception of Law. Journal of Law and Society, 14(3), 279. https://doi.org/10.2307/1410186

Diala, A. C. (2017). The concept of living customary law: A critique. The Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, 49(2), 143–165. https://doi.org/10.1080/07329113.2017.1331301

Djalin, U. W. M. (2007). Colonial Knowledge and The Native Scholar: Supomo, Adat Land Rights and Agrarian Reorganization in Surakarta 1900-1920s. Graduate School of Cornell University.

Fitzpatrick, D. (2007). Land, custom, and the state in post-Suharto Indonesia: A foreign lawyer’s Perspective. In The Revival of Tradition in Indonesian Politics (pp. 150–168). Routledge.

Griffiths, J. (1986). What is Legal Pluralism?: The Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law: Vol 18, No 24. Journal of Legal Pluralism & Unofficial Law, 24. Retrieved from https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/07329113.1986.10756387?needAccess=true

Gunarto, M. P. (2018). Asas Legalitas, Kriminalisasi, Pemidanaan dalam R-KUHP Serta Dampaknya Terhadap Hukum Pidana Nasional. Presented at the Seminar & Lokakarya Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (R-KUHP) “Mewujudkan Pembaharuan Hukum Pidana Melalui R-KUHP yang Berkeadilan, Demokratis dan Responsif Pada Perkembangan Tindak Pidana,” Jakarta.

Hiariej, E. O. (2016). Prinsip-prinsip hukum pidana. Cahaya Atma Pustaka.

Hoekema, A. J. (2011). Recognizing Non-State Justice, but Also Making it Unrecognizable. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.2012284

Irianto, S. (2003). Perempuan di Antara Berbagai Pilihan Hukum. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lev, D. S. (1973). Judicial Unification in Post-Colonial Indonesia. Indonesia, (16), 1–37. https://doi.org/10.2307/3350645

Nawawi, B. (2015). Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Konteks RUU KUHP. Presented at the Pelatihan Hukum Pidana dan Kriminologi, Yogyakarta.

Sembiring, M. (2008). Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang... (Universitas Sumatera Utara). Retrieved from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/5166

Ubink, J. M., Hoekema, A. J., & Assies, W. J. (Eds.). (2009). Legalising Land Rights: Local Practices, State Responses and Tenure Security in Africa, Asia and Latin America. https://doi.org/10.5117/9789087280567

Utama, T. S. J., & Aristya, S. D. F. (2015). Kajian tentang Relevansi peradilan Adat terhadap Sistem Peradilan Perdata Indonesia. Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 27(1), 57. https://doi.org/10.22146/jmh.15910

Wiratraman, H. P. (2013). Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum Tentang Peluang Peradilan Adat dalam Menyelesaikan Sengketa Antara Masyarakat Hukum Adat dengan Pihak Luar. Retrieved from Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional – BPHN, Kementerian Hukum dan HAM website: https://www.bphn.go.id/data/documents/laphir.pdf

Witteveen, W. J. (2003). Law’s Beginning. In F. J. M. Feldbrugge (Ed.), The Law’s Beginning. Leiden: Brill Academic Publishers.