Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JIL31640, author = {Purwanto Purwanto and Nana Haryanti and S. Agung Raharja}, title = {Bauran Pemasaran dan Perilaku Pengunjung Wisata Minat Khusus di Objek Wisata Kali Suci Caving dan Tubing}, journal = {Jurnal Ilmu Lingkungan}, volume = {18}, number = {3}, year = {2020}, keywords = {Kalisuci, Bauran pemasaran, Perilaku wisatawan}, abstract = { Kawasan karst merupakan ekosisten unik dan dijumpai gua-gua yang merupakan objek wisata yang potensial untuk dikembangankan. Salah satu kawasan wisata gua yakni Kali Suci Caving dan Tubing. Kelompok Sadar Wisata Desa Pacarejo (KSWDP), Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul mengelola Kali Suci Caving dan Tubing (KSCT) sejak tahun 2012. Untuk merespon keinginan pengunjung area wisata maka perilaku manejemen pengelola dan perilaku pengunjung sebaiknya dikaji namun sedikit sekali pengelola area wisata mengkaji hal tersebut. Bagaimana KSWDP tersebut mengelola KSCT untuk merespon keinginan pengunjung dilakukan kajian perilaku pengelola dan perilaku pengunjung. Bauran pemasaran diaplikasikan pada kajian ini. Parameter yang dikaji yakni produk yang ditawarkan pengelola wisata kepada pengunjung, penentuan harga tiket dan penilaian pengunjung terhadap harga tiket, dan jenis promosi yang dilaksanakan oleh pengelola. Tokoh kunci dan responden yang diwawancarai yakni: Kepala Desa Pacarejo, Ketua KSWDP, dan pemandu wisata. Data bauran pemasaran tersebut dianalisis dengan pendekatan kualitatif sedangkan untuk mengetahui perilaku pengunjung dilakukan survei terhadap 72 orang responden dan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Objek Wisata Kali Suci merupakan objek wisata minat khusus yang terdiri dari gua, di dalamnya terdapat sungai bawah tanah yang memiliki daya tarik untuk caving dan tubing dengan menghabiskan waktu sekitar 35 – 40 menit. Untuk meningkatkan kepuasan pengunjung, maka 1) secara fisik objek wisata KSCT perlu diperpanjang ke arah hulu Sub DAS Kali Suci, sehingga waktu pengunjung untuk menikmati wisata caving dan tubing menjadi lebih lama, 2). Harga tiket kegiatan rekreasi sebesar Rp. 80.000,-/orang dan dikatakan wajar oleh seluruh pengunjung yang diwawancarai, sesuai dengan jasa wisata yang ditawarkan, dan 3). Promosi telah dilakukan oleh pengelola area wisata Kali Suci melaui media sosial, biro travel, dan melalui pengunjung yang pernah mengunjungi Kali Suci, namun demikian jumlah pengunjung mulai tahun 2016 mengalami penurunan. Menurut pengelola KSCT, penurunan jumlah pengunjung akibat dari Badai Cempaka yang terjadi pada tahun 2017. Di sisi lain, jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Gunungkidul sebagai daerah semestanya memengalami kenaikan sejak tahun 2008–2017. Oleh karena itu, pengelola KSCT perlu memahami lingkungan bisnis pariwisata dan perilaku pengunjung objek wisata minat khusus yang memiliki segmen pasar: petualang yang sebagian besar berumur muda, dan berpendidikan. Promosi perlu difokuskan pada segmen pasar tersebut. Di samping penguasaan caving dan tubing, pemandu wisata perlu dibekali pengetahuan tentang pembentukan dan ekosistem gua, sehingga dapat menjelaskan secara komprehensif tentang ekosistem gua tersebut. Abstract Karst area is an unique ecosystem and there are found caves which potential for tourist objects. One of the cave tourism area is Kali Suci Caving and Tubing. The Pacarejo Village Tourism Awareness Group (KSWDP), Ponjong District, Gunungkidul Regency has been managing Kali Suci Caving and Tubing (KSCT) since 2012. To respond the need of visitors, management behavior and visitors behavior should be studied, however, this research is rarely carried out by the tourism area managers. The marketing mix is applied in this study. The parameters studied are the products offered by the tour manager to visitors, the determination of ticket prices and visitors' assessment of ticket prices, and the types of promotions carried out by the manager. Key persons and respondents interviewed were: Head of Pacarejo Village, Head of KSWDP, and tour guides. The marketing mix data were analyzed using a qualitative approach, while to determine visitor behavior, a survey was conducted of 72 respondents and analyzed using a quantitative approach. The results show: 1). Kali Suci tourism area is an uniq interest tourism object consisting of a cave which has an underground river. The area has an attraction for caving and tubing. The activities takes 35 – 40 minutes. To increase visitor satisfaction, the physical attractions should be extended upstream of Kali Suci Sub Watershed so that the time for visitors to enjoy the tour is longer, 2). Ticket price for recreational activities is Rp. 80,000/person and was said to be reasonable by all visitors who interviewed according to the tour services offered, and 3). Promotion has been carried out by the manager of the Kali Suci tourism area through social media, travel agents, and visitors who have visited Kali Suci but the number of visitors starting in 2016 has decreased. According to the management of KSCT, the decrease in the number of visitors was due to the Cempaka Storm that occurred in 2017. On the other hand, the number of tourist visits in Gunungkidul Regency has increased. For this reason, KSCT managers need to understand the tourism business environment, visitor behaviors, and market segment of KSCT (adventurers who are mostly young and educated peoples). Promotion needs to focus on these market segments. Besides mastering in caving and tubing techniques, tour guides need to be trained with knowledge about the formation and ecosystem of the cave so that it can explain comprehensively about the ecosystem of the cave. }, pages = {467--475} doi = {10.14710/jil.18.3.467-475}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/31640} }
Refworks Citation Data :
Kawasan karst merupakan ekosisten unik dan dijumpai gua-gua yang merupakan objek wisata yang potensial untuk dikembangankan. Salah satu kawasan wisata gua yakni Kali Suci Caving dan Tubing. Kelompok Sadar Wisata Desa Pacarejo (KSWDP), Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul mengelola Kali Suci Caving dan Tubing (KSCT) sejak tahun 2012. Untuk merespon keinginan pengunjung area wisata maka perilaku manejemen pengelola dan perilaku pengunjung sebaiknya dikaji namun sedikit sekali pengelola area wisata mengkaji hal tersebut. Bagaimana KSWDP tersebut mengelola KSCT untuk merespon keinginan pengunjung dilakukan kajian perilaku pengelola dan perilaku pengunjung. Bauran pemasaran diaplikasikan pada kajian ini. Parameter yang dikaji yakni produk yang ditawarkan pengelola wisata kepada pengunjung, penentuan harga tiket dan penilaian pengunjung terhadap harga tiket, dan jenis promosi yang dilaksanakan oleh pengelola. Tokoh kunci dan responden yang diwawancarai yakni: Kepala Desa Pacarejo, Ketua KSWDP, dan pemandu wisata. Data bauran pemasaran tersebut dianalisis dengan pendekatan kualitatif sedangkan untuk mengetahui perilaku pengunjung dilakukan survei terhadap 72 orang responden dan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Objek Wisata Kali Suci merupakan objek wisata minat khusus yang terdiri dari gua, di dalamnya terdapat sungai bawah tanah yang memiliki daya tarik untuk caving dan tubing dengan menghabiskan waktu sekitar 35 – 40 menit. Untuk meningkatkan kepuasan pengunjung, maka 1) secara fisik objek wisata KSCT perlu diperpanjang ke arah hulu Sub DAS Kali Suci, sehingga waktu pengunjung untuk menikmati wisata caving dan tubing menjadi lebih lama, 2). Harga tiket kegiatan rekreasi sebesar Rp. 80.000,-/orang dan dikatakan wajar oleh seluruh pengunjung yang diwawancarai, sesuai dengan jasa wisata yang ditawarkan, dan 3). Promosi telah dilakukan oleh pengelola area wisata Kali Suci melaui media sosial, biro travel, dan melalui pengunjung yang pernah mengunjungi Kali Suci, namun demikian jumlah pengunjung mulai tahun 2016 mengalami penurunan. Menurut pengelola KSCT, penurunan jumlah pengunjung akibat dari Badai Cempaka yang terjadi pada tahun 2017. Di sisi lain, jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Gunungkidul sebagai daerah semestanya memengalami kenaikan sejak tahun 2008–2017. Oleh karena itu, pengelola KSCT perlu memahami lingkungan bisnis pariwisata dan perilaku pengunjung objek wisata minat khusus yang memiliki segmen pasar: petualang yang sebagian besar berumur muda, dan berpendidikan. Promosi perlu difokuskan pada segmen pasar tersebut. Di samping penguasaan caving dan tubing, pemandu wisata perlu dibekali pengetahuan tentang pembentukan dan ekosistem gua, sehingga dapat menjelaskan secara komprehensif tentang ekosistem gua tersebut.
Abstract
Karst area is an unique ecosystem and there are found caves which potential for tourist objects. One of the cave tourism area is Kali Suci Caving and Tubing. The Pacarejo Village Tourism Awareness Group (KSWDP), Ponjong District, Gunungkidul Regency has been managing Kali Suci Caving and Tubing (KSCT) since 2012. To respond the need of visitors, management behavior and visitors behavior should be studied, however, this research is rarely carried out by the tourism area managers. The marketing mix is applied in this study. The parameters studied are the products offered by the tour manager to visitors, the determination of ticket prices and visitors' assessment of ticket prices, and the types of promotions carried out by the manager. Key persons and respondents interviewed were: Head of Pacarejo Village, Head of KSWDP, and tour guides. The marketing mix data were analyzed using a qualitative approach, while to determine visitor behavior, a survey was conducted of 72 respondents and analyzed using a quantitative approach. The results show: 1). Kali Suci tourism area is an uniq interest tourism object consisting of a cave which has an underground river. The area has an attraction for caving and tubing. The activities takes 35 – 40 minutes. To increase visitor satisfaction, the physical attractions should be extended upstream of Kali Suci Sub Watershed so that the time for visitors to enjoy the tour is longer, 2). Ticket price for recreational activities is Rp. 80,000/person and was said to be reasonable by all visitors who interviewed according to the tour services offered, and 3). Promotion has been carried out by the manager of the Kali Suci tourism area through social media, travel agents, and visitors who have visited Kali Suci but the number of visitors starting in 2016 has decreased. According to the management of KSCT, the decrease in the number of visitors was due to the Cempaka Storm that occurred in 2017. On the other hand, the number of tourist visits in Gunungkidul Regency has increased. For this reason, KSCT managers need to understand the tourism business environment, visitor behaviors, and market segment of KSCT (adventurers who are mostly young and educated peoples). Promotion needs to focus on these market segments. Besides mastering in caving and tubing techniques, tour guides need to be trained with knowledge about the formation and ecosystem of the cave so that it can explain comprehensively about the ecosystem of the cave.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-19 19:10:30
View My Stats
JURNAL ILMU LINGKUNGAN ISSN:1829-8907 by Graduate Program of Environmental Studies, School of Postgraduate Studies is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Based on a work at www.undip.ac.id.