skip to main content

Bauran Pemasaran dan Perilaku Pengunjung Wisata Minat Khusus di Objek Wisata Kali Suci Caving dan Tubing

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Indonesia

Received: 15 Jul 2020; Published: 30 Nov 2020.
Editor(s): Sudarno Utomo

Citation Format:
Abstract

Kawasan karst merupakan ekosisten unik dan dijumpai gua-gua yang merupakan objek wisata yang potensial untuk dikembangankan. Salah satu kawasan wisata gua yakni Kali Suci Caving dan Tubing. Kelompok Sadar Wisata Desa Pacarejo (KSWDP), Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul mengelola Kali Suci Caving dan Tubing (KSCT) sejak tahun 2012. Untuk merespon keinginan pengunjung area wisata  maka perilaku manejemen pengelola dan perilaku pengunjung sebaiknya dikaji namun sedikit sekali pengelola area wisata mengkaji hal tersebut. Bagaimana KSWDP tersebut mengelola KSCT untuk merespon keinginan pengunjung dilakukan kajian perilaku pengelola dan perilaku pengunjung. Bauran pemasaran diaplikasikan pada kajian ini. Parameter yang dikaji yakni produk yang ditawarkan pengelola wisata kepada pengunjung, penentuan harga tiket dan penilaian pengunjung terhadap harga tiket, dan jenis promosi yang dilaksanakan oleh pengelola. Tokoh kunci dan responden yang diwawancarai yakni: Kepala Desa Pacarejo, Ketua KSWDP, dan pemandu wisata.   Data bauran pemasaran tersebut dianalisis dengan pendekatan kualitatif sedangkan untuk mengetahui perilaku pengunjung  dilakukan survei terhadap 72 orang responden dan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Objek Wisata Kali Suci merupakan objek wisata minat khusus yang terdiri dari gua, di dalamnya terdapat sungai bawah tanah yang memiliki daya tarik untuk caving dan tubing dengan menghabiskan waktu sekitar 35 – 40 menit. Untuk meningkatkan kepuasan pengunjung, maka 1) secara fisik objek wisata KSCT perlu diperpanjang ke arah hulu Sub DAS Kali Suci, sehingga waktu pengunjung untuk menikmati wisata caving dan tubing menjadi lebih lama, 2). Harga tiket kegiatan rekreasi sebesar Rp. 80.000,-/orang dan dikatakan wajar oleh seluruh pengunjung yang diwawancarai, sesuai dengan jasa wisata yang ditawarkan, dan 3). Promosi telah dilakukan oleh pengelola area wisata Kali Suci melaui media sosial, biro travel, dan melalui pengunjung yang pernah mengunjungi Kali Suci, namun demikian jumlah pengunjung mulai tahun 2016 mengalami penurunan.  Menurut pengelola KSCT, penurunan jumlah pengunjung akibat dari Badai Cempaka yang terjadi pada tahun 2017. Di sisi lain, jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Gunungkidul sebagai daerah semestanya memengalami kenaikan sejak tahun 2008–2017. Oleh karena itu, pengelola KSCT perlu memahami lingkungan bisnis pariwisata dan perilaku pengunjung objek wisata minat khusus yang memiliki segmen pasar: petualang yang sebagian besar berumur muda, dan berpendidikan. Promosi perlu difokuskan pada segmen pasar tersebut. Di samping penguasaan  caving dan tubing, pemandu wisata perlu dibekali pengetahuan tentang pembentukan dan ekosistem gua, sehingga dapat menjelaskan secara komprehensif tentang ekosistem gua tersebut.

Abstract

Karst area is an unique ecosystem and there are found caves which potential for  tourist objects. One of the cave tourism area is Kali Suci Caving and Tubing. The Pacarejo Village Tourism Awareness Group (KSWDP), Ponjong District, Gunungkidul Regency has been managing Kali Suci Caving and Tubing (KSCT) since 2012. To respond  the need of visitors, management behavior and visitors behavior should be studied, however, this research is rarely carried out by the tourism area managers. The marketing mix is applied in this study. The parameters studied are the products offered by the tour manager to visitors, the determination of ticket prices and visitors' assessment of ticket prices, and the types of promotions carried out by the manager. Key persons  and respondents interviewed were: Head of Pacarejo Village, Head of KSWDP, and tour guides. The marketing mix data were analyzed using a qualitative approach, while to determine visitor behavior, a survey was conducted of 72 respondents and analyzed using a quantitative approach. The results show: 1). Kali Suci tourism area is an uniq interest tourism object consisting of a cave which has an underground river. The area has an attraction for caving and tubing. The activities takes 35 – 40 minutes. To increase visitor satisfaction, the physical attractions should  be extended  upstream of Kali Suci Sub Watershed so that the time for visitors to enjoy the tour is longer, 2). Ticket price for recreational activities is Rp. 80,000/person and was said to be reasonable by all visitors who interviewed according to the tour services offered, and 3). Promotion has been carried out by the manager of the Kali Suci tourism area through social media, travel agents, and visitors who have visited Kali Suci but the number of visitors starting in 2016 has decreased. According to the management of KSCT, the decrease in the number of visitors was due to the Cempaka Storm that occurred in 2017. On the other hand, the number of tourist visits in Gunungkidul Regency has increased. For this reason, KSCT managers need to understand the tourism business environment, visitor behaviors, and market segment of KSCT (adventurers who are mostly young and educated peoples). Promotion needs to focus on these market segments. Besides mastering in caving and tubing techniques, tour guides need to be trained with knowledge about the formation and ecosystem of the cave so that it can explain comprehensively about the ecosystem of the cave.

Fulltext View|Download
Keywords: Kalisuci, Bauran pemasaran, Perilaku wisatawan
Funding: 1. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS

Article Metrics:

  1. Adji, Tjahyo Nugroho, and Eko Haryono. 1999. “Konflik Antara Pemanfaatan Batugamping Dan Konservasi Sumberdaya Air Das Bribin Di Wilayah Karst Gunung Sewu.” In Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, 1–9. Yogyakarta
  2. Anonimous. 2019. “Goa Pindul Jogja Di Gunungkidul. Garasi Jogja: Keep Calm and Traveling On.” 2019. http://garasijogja.com
  3. Bachri, Bachtiar S. 2010. “Meyakinkan Validitas Data Melalui Trianggulasi Pada Penelitian Kualitatif.” Jurnal Teknologi Pendidikan 10 (1): 46–62. 12/12/2016 http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/meyakinkan-validitas-data-melalui-triangulasi-pada-penelitian-kualitatif.pdf
  4. Bowen, Glenn A. 2009. “Document Analysis as a Qualitative Research Method.” Qualitative Research Journal 9 (2): 27–40. https://doi.org/10.3316/QRJ0902027
  5. Cigna, Arigo A. 2011. “Show Cave Development With Special References To Active Caves.” Toursm and Karst Area 4 (1): 7–16. https://www.researchgate.net/publication/286149418_Show_cave_development_with_special_references_to_active_caves/link/5acdcb16aca2723a33403ffd/download
  6. Cochran, W.G. 1977. Sampling Techniques. 3rd ed. New York: John Wiley &Sons
  7. Darsono. 2005. Pengertian Desa. Bandung: Amgkasa. http://desasentonorejo.wordpress.com/bab-ii/
  8. ———. 2015. Pengertian Desa. Jakarta
  9. Hilal, Alyahmady Hamed, and Saleh Said Alabri. 2013. “Using NVivo for Data Analysis in Qualitative.” International Interdisciplinary Journal of Education 2 (2): 181–86. 12/12/2016 www.iijoe.org/v2/IIJOE_06_02_02_2013.pdf
  10. Indika, Deru R, and Cindy Jovita. 2017. “Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Promosi Untuk Meningkatkan Minat Beli Konsumen.” Jurnal Bisnis Terapan 1 (01): 25. https://doi.org/10.24123/jbt.v1i01.296
  11. Ivarsson, Lena Norbäck, Magnus Ivarsson, Johannes Lundberg, Therese Sallstedt, and Catarina Rydin. 2013. “Epilithic and Aerophilic Diatoms in the Artificial Environmentof Kungsträdgården Metro Station, Stockholm, Sweden.” International Journal of Speleology 42 (3): 289–97. https://www.academia.edu/24864848/Epilithic_and_aerophilic_diatoms_in_the_artificial_environment_of_Kungsträdgården_metro_station_Stockholm_Sweden
  12. Jonsen, Karsten, and Karen a. Jehn. 2009. “Using Triangulation to Validate Themes in Qualitative Studies.” Qualitative Research in Organizations and Management: An International Journal 4 (2): 123–50. https://doi.org/10.1108/17465640910978391
  13. Kementerian, Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata No. KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. Jakarta
  14. Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implimentasi Dan Pengendalian. Diindonesiakan Oleh Ancella Anitawati Hermawan. Salemba Empat. Prentice Hall. Jakarta. Edited by Diindonesiakan oleh Ancella Anitawati Herawan Hermawan. Jakarta: Salemba Empat. Prentice Hall
  15. Kurniawan, Isma Dwi, Cahyo Rahmadi, Tiara Esti Ardi, and Ridwan Nasrullah. 2018. “The Impact of Lampenflora on Cave-Dwelling Arthropods in Gunungsewu Karst, Java, Indonesia.” Biosaintifika 10 (105): 275–83. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15294/biosaintifika.v10i2.13991 1
  16. Mc Carthy, E.J., and JR. Perreault. 1987. Basic Marketing. Irwin. Homewood. Illionis. Illionis: Irwin. Hoomwood
  17. Mijiarto, Joko, Tutut Sunarminto, and Rachmad Hermawan. 2014. “D Its Utilization in Gudawang Cave Karst Area” 19 (1): 57–66. https://doi.org/https://doi.org/10.29244/medkon.19.1.%25p
  18. O’Cathain, Alicia, Elizabeth Murphy, and Jon Nicholl. 2010. “Research Methods & Reporting: Three Techniques for Integrating Data in Mixed Methods Studies.” BMJ 341 (17 September 2010): 1–12. https://doi.org/doi: https://doi.org/10.1136/bmj.c4587
  19. Okonkwo, Emeka E, Ezekaka Afoma, and Igwemadu Martha. 2017. “Cave Tourism and Its Implications to Tourism Development in Nigeria: A Case Study of Agu-Owuru Cave in Ezeagu.” International Journal of Research in Tourism and Hospitality 3 (3): 16–24. https://doi.org/10.20431/2455-0043.0303003
  20. Paniandi, Arasi T, Albattat A.R, Bijami M., Alexander A., and Balekrisnan V. 2018. “Marketing Mix and Destination Image, Case Study: Batu Caves as a Religious Destination.” Journal of Tourism Culture and Territorial Development 9 (17): 165–86. https://doi.org/10.6092/issn.2036-5195/7246
  21. Parmawati, Rita, Rif’atul Imaniyah, Lutvita Eka Rokani, Muhammad Iqbal Rajaguni, and Agung Sih Kurnianto. 2018. “Ecotourism Development Strategy of Bukit Jaddih Karst, Madura.” Journal of Indonesian Tourism and Development Studies 6 (2): 113–19. https://doi.org/10.21776/ub.jitode.2018.006.02.06
  22. Peter, J.P., and J.C. Olson. 1999. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Boston: Irwin. McGraw-Hill
  23. Purwanto, A. Cahyono, S, and Sunaryo. 2009. “Bauran Pemasaran Pada Kegiatan Rekreasi Hutan Di Baturraden, Jawa Tengah.” Info Soial Ekonomi Kehutanan 9 (4): 293–306
  24. Ruban, Dmitry A. 2018. “Karst as Important Resource for Geopark-Based Tourism: Current State and Biases.” Resources 7 (4). https://doi.org/10.3390/resources7040082
  25. Sidiq, Ade Jafar, and Risna Resnawaty. 2017. “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Linggarjati Kuningan, Jawa Barat.” Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat 4 (1): 38. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i1.14208
  26. Sulistiyana, Rezki Teguh, Djamhur Hamid, and Devi Farah Azizah. 2015. “Pengaruh Fasilitas Wisata Dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Pada Museum Satwa).” Jurnal Administrasi Bisnis 25 (2): 1–9. http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/1017/1200
  27. Sunarto, Hari. 2020. “Strategi Branding Pengembangan Industri Pariwisata 4.0 Melalui Kompetitif Multimedia Di Era Digital.” Journal of Tourism and Creativity 4 (1): 1–20
  28. Wibowo, D. 2017. “Menetapkan Pariwisata Sebagai Leading Sector Pembangunan.” 2017. http://industry.co.id
  29. Yeasmin, Sabina, and Rahman.K.F. 2012. “Triangulation Research Method as the Tool of Social Science Research.” Bup Journal 1 (1): 154–63. 03/01/2017 http://www.bup.edu.bd/journal/154-163.pdf

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-07 05:52:57

No citation recorded.