1RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru, , Indonesia
2Riau, Indonesia
3Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Indonesia
4 Jakarta, Indonesia
5 Bagian Anestesiologi dan Terap Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi, Indonesia
6 Semarang, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JAI7719, author = {Kurniaji Kurniaji and Dedy Fachrian and Witjaksono Witjaksono}, title = {Pengaruh Ketorolac Dan Parecoxib Terhadap Ekspresi Sel T CD4+ Di Jaringan Luka Pada Tikus Wistar}, journal = {JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)}, volume = {6}, number = {2}, year = {2014}, keywords = {ekspresi sel T CD4+; ketorolac; parecoxib}, abstract = { Latar Belakang : Sel T CD4+ berperan dalam penyembuhan luka karena memproduksi sitokin dan faktor pertumbuhan. Nyeri pasca bedah dapat berpengaruh serius terhadap pemulihan pasien dan penyembuhan luka yang tertunda. Ketorolac dan parecoxib secara poten menghambat COX-1 dan COX-2 dengan potensi yang berbeda. Tujuan : Mengetahui perbedaan skor histologi sel T CD4 + di jaringan sekitar luka insisi pada tikus Wistar yang mendapatkan ketorolac dibandingkan parecoxib dengan dosis sebanding. Metode : Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized post test only design dilakukan pada 20 ekor tikus wistar jantan yang diinsisi subkutan sepanjang 2 cm pada punggungnya dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan secara acak. Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2) masing-masing mendapatkan injeksi ketorolac dan parecoxib IM dengan dosis yang sebanding dosis manusia 30 mg/6 jam dan 40 mg/12 jam. Potongan jaringan diambil pada hari ketiga dan kelima pasca perlakuan untuk dilakukan pemeriksaan immunohistokimia sel T CD4 + . Data ekspresi sel T CD4 + dianalisis dengan uji beda One-way ANOVA dan dilanjutkan dengan analisis Post Hoc. Hasil : Rerata skor histologi sel T CD4 + lebih tinggi pada kelompok yang mendapakan injeksi parecoxib IM dibandingkan ketorolac IM baik pada hari ketiga (8,36 ± 0,805 vs 7,28 ± 0,228, p=0,009) ataupun hari kelima (9,12 ± 0,672 vs 7,68 ± 0,415; p=0,001) pasca insisi. Skor tersebut tidak berbeda secara signifikan pada hari ketiga dan kelima dalam satu kelompok yang sama (p=0,288 dan p=0,053 masing-masing pada K1 dan K2). Kesimpulan : Skor histologi sel T CD4 + di jaringan sekitar luka yang mendapatkan injeksi parecoxib IM secara signifikan lebih tinggi dibandingkan injeksi ketorolac IM. }, issn = {2089-970X}, doi = {10.14710/jai.v6i2.7719}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/7719} }
Refworks Citation Data :
Tujuan : Mengetahui perbedaan skor histologi sel T CD4+ di jaringan sekitar luka insisi pada tikus Wistar yang mendapatkan ketorolac dibandingkan parecoxib dengan dosis sebanding.
Metode : Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized post test only design dilakukan pada 20 ekor tikus wistar jantan yang diinsisi subkutan sepanjang 2 cm pada punggungnya dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan secara acak. Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2) masing-masing mendapatkan injeksi ketorolac dan parecoxib IM dengan dosis yang sebanding dosis manusia 30 mg/6 jam dan 40 mg/12 jam. Potongan jaringan diambil pada hari ketiga dan kelima pasca perlakuan untuk dilakukan pemeriksaan immunohistokimia sel T CD4+. Data ekspresi sel T CD4+ dianalisis dengan uji beda One-way ANOVA dan dilanjutkan dengan analisis Post Hoc.
Hasil : Rerata skor histologi sel T CD4+ lebih tinggi pada kelompok yang mendapakan injeksi parecoxib IM dibandingkan ketorolac IM baik pada hari ketiga (8,36 ± 0,805 vs 7,28 ± 0,228, p=0,009) ataupun hari kelima (9,12 ± 0,672 vs 7,68 ± 0,415; p=0,001) pasca insisi. Skor tersebut tidak berbeda secara signifikan pada hari ketiga dan kelima dalam satu kelompok yang sama (p=0,288 dan p=0,053 masing-masing pada K1 dan K2).
Kesimpulan : Skor histologi sel T CD4+ di jaringan sekitar luka yang mendapatkan injeksi parecoxib IM secara signifikan lebih tinggi dibandingkan injeksi ketorolac IM.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-24 20:11:55
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University as publisher of the journal. Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here:[Copyright Transfer Form JAI]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document:
Mochamat (Editor-in-Chief)
Editorial Office of JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University/ Dr. Kariadi General Hospital Medical Center (RSUP Dr. Kariadi)
Jl. Dr. Soetomo No. 16 Semarang, Central Java, Indonesia, 50231
Telp. : (024) 8444346
Email : janestesiologi@gmail.com
View My Stats
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License