skip to main content

Pentingnya Wawasan Sejarah dan Kebangsaan pada Negara-Bangsa Plural: Persoalan Integrasi dan Disintegrasi di Indonesia pada Abad XXI

Singgih Tri Sulistiyono  -  Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University, Indonesia
*Yety Rochwulaningsih orcid scopus  -  Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University, Indonesia
Open Access Copyright (c) 2024 JSCL (Jurnal Sejarah Citra Lekha) under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Artikel ini ingin mewacanakan pentingnya wawasan kebangsaan Indonesia sebagai upaya untuk menjaga keutuhan dan integrasi nasional dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Artikel ini menemukan bahwa negara Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki cacat bawaan sejak lahir yaitu kerapuhan dalam memepertahankan integrasi nasional. Hal itu terkait dengan kenyataan bahwa negara republic Indonesia lahir bukan karena persamaan tetapi justru karena perbedaan dan keragaman baik dalam ras, kelompok etnik, agama, status social. Kesamaan mungkin hanya ditemukan dalam wujud cita-cita yaitu lepas dari kolonialisme bangsa asing dan membentuk negara yang merdeka Makmur, adil, dan memiliki harga diri. Untuk mengatasi cacat bawaan sejak lahir itulah maka semangat kebangsaan perlu selalu diproduksi dan reproduksi guna mengawal integrasi nasional Indonesia untuk mampu menghadapi tantangan disintegrasi nasional.

Fulltext View|Download
Keywords: Wawasan Kebangsaan, Negara-bangsa Plural, Integrasi Nasional, Disintegrasi Nasional

Article Metrics:

  1. Adams, Cindy. 1965. Sukarno: An Autobiography. Indianapolis, Bobbs-Merrill
  2. Arase, David. 2015. “China's Two Silk Roads Initiative: What It Means for Southeast Asia.” Southeast Asian Affairs, 25-45
  3. Handelman, Howard. 2003. The Challenge of Third World Development, 3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall, 2003
  4. Hayes, Cartlon J. 1955. The Historical Evolution of Modern Nationalism. New York: Macmillan
  5. Henley, David. 1996. Nationalism and Regionalism in A Colonial Context: Minahasa in The Dutch East Indies. Leiden: KITLV Press
  6. Hering, Bob. 2000. Soekarno: Founding Father of Indonesia 1901-1945. Leiden: KITLV Press
  7. Houben, V.J.H. 2002. “Java in the 19th Century: Consolidation of a Territorial State.” Dalam The Emergence of a National Economy: An Economic History of Indonesia, 1800-2000, diedit oleh Howard Dick. Leiden: KITLV Press
  8. Kartodirdjo, Sartono. 1978. Protest Movements in Rural Java. Oxford, New York, Jakarta, Kuala Lumpur: Oxford University Press
  9. Lindblad, J. Th. 1908. “The Outer Islands in the 19th Century: Contest for Periphery.” Dalam The Emergence, diedit oleh Howard Dick, dkk. Leiden: Brill
  10. Lindblad, J. Th. 1989. “De Opkomst van de Buitengewesten.” Dalam Het belang van de Buitengesten: Economische Expansie en koloniale Staatsvorming in de Buitengewesten van Nederlandsch-Indië, diedit oleh A.H.P. Clemens & J. Th. Linblad. Amsterdam: NEHA
  11. Lulofs, C. 1908. Onze Politiek Tegenover de Buitenbezittingen. Batavia: Van Dorp
  12. MacIntyre, A.J. 1994. “Organising Interest: Corporatism in Indonesian Politics.” Working Paper No. 43. Asia Research Center on Social, Political and Economic Change Murdoch University Western Australia
  13. Noer, Deliar. 1982. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES
  14. Prior, Paul A. dan Karen J. Lunsford. 2009. “History of Reflection, Theory, and Research on Writing.” Dalam Handbook of Research on Writing, pp. 97-116. Routledge, 2009
  15. Ricklefs, M.C. 1981. A History of Modern Indonesia since Ca. 1300. London: Macmillan
  16. Tjokroaminoto, H.O.S. 1963. Islam dan Sosialisme. Jakarta: Endang dan Pemuda
  17. Young, Kathleen McCarthy, dan Gaea Leinhardt. 1998. “Writing from Primary Documents: A Way of Knowing in History.” Written Communication 15, no. 1: 25-68. https://doi.org/10.1177/0741088398015001002

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-07-15 12:00:16

No citation recorded.