skip to main content

Satu Tubuh, Dua Formasi Identitas: Anggota Laskar Partai dalam Kelindan Relative Surplus Population dan Lumpenproletariat

Department of Politics and Government, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Open Access Copyright (c) 2023 Politika: Jurnal Ilmu Politik under https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

Citation Format:
Abstract

Artikel ini menelisik hubungan antara anggota laskar partai politik sebagai kelompok vigilante, pasar tenaga kerja, dan watak kekerasan di Yogyakarta. Dengan menggunakan teori Karl Marx tentang Relative Surplus Population (RSP) dan lumpenproletariat, artikel ini menempatkan anggota vigilante sebagai angkatan kerja yang terjalin dengan rezim buruh tertentu yang mendisiplinkan pasar tenaga kerja. Penelitian ini menemukan bahwa angkatan kerja yang tidak terserap di pasar tenaga kerja formal akhirnya bergabung dengan kelompok vigilante. Mereka adalah angkatan kerja yang tidak memiliki kualifikasi tinggi dalam hal pendidikan dan keahlian. Oleh karena itu, kelompok vigilante memberi mereka pekerjaan di sektor informal. Maka dari itu, mereka membalas budi dengan menjadi alat kampanye para patron vigilante. Kesimpulannya, artikel ini memposisikan mereka sebagai RSP yang stagnan dan RSP pauperism. Karena sifat kekerasan kelompok vigilante, mereka termasuk dalam lumpenproletariat.

Fulltext View|Download
Keywords: Vigilante Group, Relative Surplus Population, Lumpenproletariat, Patron-Client

Article Metrics:

  1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Yogyakarta. (2022). PDRB DIY
  2. Bateson, R. (2021). The Politics of Vigilantism. Comparative Political Studies, 54(6), 923–955
  3. Badan Pusat Statistik. (2022). Keadaan Ketenagakerjaan. D.I. Yogyakarta Agustus 2022
  4. Bremman, J. (2013). A Bogus Concept?. New Left Review 13. Bloomsbury Academic
  5. Ervin, J. P. (2020). Rethinking base and superstructure, yet again. Critique (United Kingdom), 48(4). Routledge: 369–385
  6. Eshetu, Y. (2022). A Critical Analysis of Marx’s Dialectical Materialism. Open Journal for Studies in Philosophy 6(1). Center for Open Access in Science: 1–12
  7. Habibi, M. (2016). Surplus Pekerja Di Kapitalisme Pinggiran: Relasi Kelas, Akumulasi, Dan Proletariat Informal Di Indonesia Sejak 1980an. Jakarta Selatan: Marjin Kiri
  8. Harriss-White, B. (2010). Work and Wellbeing in Informal Economies: The Regulative Roles of Institutions of Identity and the State. World Development, 38(2): 170–183
  9. Hidayah, N. (2009). Eksistensi Buruh Gendong Sebagai Pilihan Pekerjaan di Sektor Informal. DIMENSIA, 3: 1–19
  10. Jaffrey, S. (2021). Right-Wing Populism and Vigilante Violence in Asia. Studies in Comparative International Development, 56(2). Springer: 223–249
  11. Malik, N. (2019). Karl Marx’s Dialectical Materialism a Philosophical Analysis. A Journal of Philosophy
  12. Marsh, D., and Stoker, G. (2010). Theory and Methods in Political Science: Third Edition. New York
  13. Marx, K. (1859). Preface of A Contribution to the Critique of Political Economy
  14. Marx, K. (1939). The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte. Moscow: Progress Publishers
  15. Marx, K. (1976). Capital I. Harmondsworth: Penguin Books
  16. McKenna, T. (2014). Against Post-Marxism: How Post-Marxism Annuls Class-Based Historicism and the Possibility of Revolutionary Praxis. International Critical Thought, 4(2). Taylor and Francis Ltd.: 142–159
  17. Moncada, E. (2017). Varieties of vigilantism: conceptual discord, meaning and strategies. Global Crime, 18(4). Routledge: 403–423
  18. Mustajab, R. (2022). Mayoritas Tenaga Kerja RI dari Sektor Informal pada Agustus 2022
  19. Pahlevi, M. E. T., Efendi, D., and Amrurobbi, A. A. (2020). Politik Jalanan: Fenomena Perilaku Politik Gerakan Pemuda Ka’bah Kota Yogyakarta di Pemilu Serentak 2019. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2)
  20. Putriana, R., and Aji, R. H. S. (2022). Studi Atas Kemiskinan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Rata-Rata Lama Sekolah Sebagai Penentu Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi D.I Yogyakarta. Ekonomica Sharia: Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Ekonomi Syariah, 8: 31–47
  21. Ramadhani, A. T. (2023). Viral Video HRD ‘Tantang’ Pekerja Keluar Usai Turunkan Gaji, Ramai Jadi Sorotan
  22. Rothenberg, A. D., Gaduh, A., Burger, N. E., et al. (2016). Rethinking Indonesia’s Informal Sector. World Development 80. Elsevier Ltd: 96–113
  23. Saget, C., and International, Labour, Office. (2006). Wage fixing in the informal economy : evidence from Brazil, India, Indonesia and South Africa. ILO
  24. Smith, S., B. (1984). Althusser and the Overdetermined Self. Source: The Review of Politics. 46(4): 516–538
  25. Standing, G. (2011). The Precariat: The New Dangerous Class. London
  26. Thomas, G. (2011). A typology for the case study in social science following a review of definition, discourse, and structure. Qualitative Inquiry, 17(6): 511–521
  27. Tobing, G., L. (2015). Korelasi Antara KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA, SISTEM PENGUPAHAN DAN PEKERJAAN SEKTOR INFORMAL. Jurnal Hukum tô-râ, 1: 129–140
  28. Wijayanti, A. (2020). Wisata Kuliner Sebagai Strategi Penguatan Pariwisata Di Kota Yogyakarta, Indonesia. Khasanah Ilmu : Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 11(1): 74–82
  29. Wilson, I., D. (2015). The Politics of Protection Rackets in Post-New Order Indonesia: Coercive Capital, Authority and Street Politics. New York: Routledge
  30. Wood. E., M. (2002). The Origin of Capitalism: A Longer View. London: Verso
  31. Yasih, D., W., P. (2016). Jakarta’s Precarious Workers: Are they a “New Dangerous Class”?. Journal of Contemporary Asia, 47(1). Routledge: 27–45
  32. Zwart, H. (2022). Dialectical Materialism. In: Philosophy of Engineering and Technology. Springer Nature, pp. 67–109

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-20 18:06:48

No citation recorded.