skip to main content

Pengaruh Kedalaman Sedimen Terhadap Emisi Gas Metana (CH4) di Situ Kuru

1Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; , Indonesia

2Kelompok Studi Generation of Microbiology and Molecular (GENOM), Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia

3Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;, Indonesia

4 Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta Selatan, Indonesia

View all affiliations
Received: 1 Feb 2022; Revised: 12 Mar 2022; Accepted: 20 Mar 2022; Available online: 29 Mar 2022; Published: 5 Jul 2022.
Editor(s): H. Hadiyanto

Citation Format:
Abstract

Sedimen perairan situ merupakan salah satu sumber emisi gas metana (CH4)  penyebab efek gas rumah kaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi emisi gas metana (CH4) di Situ Kuru secara in situ berdasarkan kedalaman sedimen. Pemilihan lokasi diambil menggunakan teknik purposive sampling di 3 tempat yaitu inlet, tengah dan outlet. Sifat fisika dan kimia air yang diukur pada penelitian ini adalah suhu air, pH air, Total Dissolved Solids (TDS), konduktivitas, Dissolved Oxygen (DO), dan Biochemical Oxygen Demand (BOD5). Analisis sedimen meliputi pH, BO, rasio C/N, VFA parsial, NH3, dan analisis mikroorganisme. Analisis sampel gas metana (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) dilakukan dengan menggunakan gas analyzer. Analisis kimia fisik air dan sedimen membuktikan bahwa sedimen Situ Kuru mampu mendukung aktivitas mikroorganisme metanogen. Hasil menunjukkan bahwa sedimen Situ Kuru memiliki potensi untuk menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang berbeda pada setiap daerah inlet, outlet dan tengah. Hasil juga menunjukkan bahwa nilai fluks gas metana (CH4) dipengaruhi kedalaman sedimen. Hasil fluks gas metana (CH4) metana tertinggi terdapat pada kedalaman 0-30 cm lokasi tengah sebesar 5,5790 mg/m2/jam. Fluks gas metana (CH4) dipengaruhi pula oleh keberadaan gas karbondioksida (CO2). Fluks gas karbondioksida (CO2)tertinggi terdapat pada kedalaman 0-30 cm lokasi tengah sebesar 2,3910 mg/m2/jam. Berdasarkan penelitian ini maka perlu dilakukan rehabilitasi terhadap Situ Kuru karena turut berperan dalam emisi gas metana (CH4) dengan kisaran 0,0290-5,5790 mg/m2/jam.

ABSTRACT

Sediment in the waters is one of the sources of methane gas emissions that cause the greenhouse gas effect. The purpose of this study was to determine the potential for methane (CH4) emissions at Situ Kuru in situ based on the depth of the sediment. The location selection was taken using purposive sampling technique in 3 places, namely inlet, middle and outlet. The physical and chemical properties of the air measured in this study were air temperature, air pH, Total Dissolved Solids (TDS), conductivity, Dissolved Oxygen (DO), and Biochemical Oxygen Demand (BOD5). Sediment analysis includes pH, BO, C/N ratio, VFA, NH3, and microorganism analysis. Analysis of methane gas (CH4) and carbon dioxide (CO2) gas samples was carried out using a gas analyzer. Physical chemistry analysis of air and sediment proved that the Situ Kuru sediment was able to support the activity of methanogenic microorganisms. The results show that the Situ Kuru sediment has the potential to produce different methane (CH4) emissions at each inlet, outlet and middle area. The results also show that the value of methane gas flux (CH4) is influenced by the depth of the sediment. The results of the highest methane gas flux (CH4) of methane were found at a depth of 0-30 cm in the middle location of 5.5790 mg/m2/hour. The flux of methane (CH4) is also influenced by the presence of carbon dioxide (CO2) gas. The highest flux of carbon dioxide (CO2) is found at a depth of 0-30 cm in the middle location of 2.3910 mg/m2/hour. Based on this research, it is necessary to rehabilitate Situ Kuru because it plays a role in methane (CH4) emissions in the range of 0.0290-5.5790 mg/m2/hour.

 

Fulltext View|Download
Keywords: Gas metana; Lokasi Inlet; Lokasi Outlet; Lokasi Tengah;Sedimen;Situ Kuru

Article Metrics:

  1. Amalia, D., & Fajri, R. (2020). Analisis Kadar Nitrogen Dalam Pupuk Urea Prill dan Granule Menggunkan Metode Kjeldahl Di PT Pupuk Iskandar Muda. QUIMICA: Jurnal Kimia Sains Dan Terapan, 2(1), 28–32. https://doi.org/10.33059/jq.v2i1.2639
  2. Bednařík, A., Čáp, L., Maier, V., & Rulík, M. (2015). Contribution of Methane Benthic and Atmospheric Fluxes of an Experimental Area (Sitka Stream). Clean - Soil, Air, Water, 43(8), 1136–1142. https://doi.org/10.1002/clen.201300982
  3. Bahri, S., Ramadhan, F. & Reihannisa, I. (2015). Kualitas perairan Situ Gintung, Tangerang Selatan. Biogenesis, 3(1), pp. 16–22. https://doi.org/10.24252/bio.v3i1.561
  4. Capareda. (2013). Introduction to Biomass Energy Convensions. New Yorks: CRC Press: ISBN 9781466513334
  5. Destinugrainy, P., Cambaba, S., Surya, I. N., & Faisal. (2020). Analisis Unsur Hara Karbon Organik dan Nitrogen Pada Tanah Sawah di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara. Cokroaminoto Journal of Biological Science, 2(1), 12-16. Retrieved from https://science.e-journal.my.id/cjbs/article/view/20
  6. Endang, H., Sari, L. K., & Setijanto. (2019). Landscaping Mangrove Berdasarkan Kualitas Air (Studi Kasus di Laguna Segara Anakan dan Pulau Meranti). IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, 2(1), 20 – 28. Retrieved from http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/1023/879
  7. Fahmi, M.A. (2015).Metode Spektrofotometri Untuk Pengukuran Hipoklorit Menggunakan Rhodamin B. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh November. Retrieved from https://repository.its.ac.id/51645/1/undergraduated%20thesis.pdf
  8. Hermawan, A.S, M.R. Pikoli & I. Sugoro. (2014). Pemanfaatan Sedimen Situ Kuru dalam Produksi Biogas pada Substrat Limbah Rumah Tangga. Proceeding Bagian I Seminar Nasional Teknologi Hijau I. Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Kementrian Perindustrian. Jawa Tengah, 231–234. http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.1.3444.1362
  9. Kojima, H., Tsutsumi, M., Ishikawa, K., Iwata, T., Mußmann, M., & Fukui, M. (2012). Distribution of putative denitrifying methane oxidizing bacteria in sediment of a freshwater lake, Lake Biwa. Systematic and Applied Microbiology, 35(4), 233–238. https://doi.org/10.1016/j.syapm.2012.03.005
  10. Labbaik, M., Restu, I. W., & Pratiwi, M. A. (2017). Status Pencemaran Lingkungan Sungai Badung dan Sungai Mati di Provinsi Bali Berdasarkan Bioindikator Phylum Annelida. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 4(2), 304. https://doi.org/10.24843/jmas.2018.v4.i02.304-315
  11. Liu, H., Fu, M., Jin, X., Shang, Y., Shindell, D., Faluvegi, G., Shindell, C., & He, K. (2016). Health and climate impacts of ocean-going vessels in East Asia. Nature Climate Change, 6(11), 1037–1041. https://doi.org/10.1038/nclimate3083
  12. Maryati, A, U. Oktaviana & W.N. Anggraini. (2014). Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS. Surakarta. Retrieved from https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/7650
  13. Nicola, F., Mintadi, M., & Siswoyo. (2015). Hubungan antara konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid) dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total Pada Air Sumur Gali. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Jawa Timur, 7 Retrieved from http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65571
  14. Nugraha, A.R, A.S. Hermawan, M.R. Pikoli & I. Sugoro. 2013. Pengukuran Gas Metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2) yang Dihasilkan oleh Sedimen Danau Situ Gunung, Sukabumi Jawa Barat pada Skala Laboratorium. Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi 4, B.39-B.45. Retrieved from http://repository.ut.ac.id/2519/1/fmipa2013_b5_arifraditya.pdf
  15. Paena, M., Suhaimi, R. A., & Undu, M. C. (2017). Sedimendt Characteristics Of Coastal Waters Around Intensive Shrimp Ponds During Wet Season In Punduh Bay, Pesawaran District Of Lampung Province. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), 221–234. https://doi.org/10.29244/jitkt.v9i1.17937
  16. Presiden Republik Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia
  17. Pudjiastuti, P., Ismail., B., dan Pranoto. (2013). Kualitas dan Beban Pencemaran Perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal Ekosains, 5(1):59-75. Retrieved from http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/ekosains/article/view/281
  18. Md, M. R., Mohamad, A. M. S., Nasrin, S., M, J. K., & Chang, S. R. (2013). Estimation of total volatile fatty acid (VFA) from total organic carbons (TOCs) assessment through in vitro fermentation of livestock feeds. African Journal of Microbiology Research, 7(15), 1378–1384. https://doi.org/10.5897/ajmr12.1694
  19. Ridlo, R. (2017, February 10). Dasar-Dasar Fermentasi Anaerobik. Pusat Teknologi Daya Energi dan Industri Kimia. Retrieved November 28, 2021, from https://ptseik.bppt.go.id/artikelilmiah/16-dasar-dasar-fermentasi-anaerobik
  20. Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, 30(3), 21-26. http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxx(3)21-26.pdf
  21. Sancho Navarro, S., Cimpoia, R., Bruant, G., & Guiot, S. R. (2016). Biomethanation of Syngas Using Anaerobic Sludge: Shift in the Catabolic Routes with the CO Partial Pressure Increase. Frontiers in Microbiology, 7(AUG). https://doi.org/10.3389/fmicb.2016.01188
  22. Schubert, C. J., Vazquez, F., Lösekann-Behrens, T., Knittel, K., Tonolla, M., & Boetius, A. (2011). Evidence for anaerobic oxidation of methane in sediments of a freshwater system (Lago di Cadagno). FEMS Microbiology Ecology, 76(1), 26–38. https://doi.org/10.1111/j.1574-6941.2010.01036.x
  23. Setiya Murti, R., & Maria Herry Purwanti, C. (2014). Optimasi Waktu Reaksi Pembentukan Kompleks Indofenol Biru Stabil Pada Uji N-Amonia Air Limbah Industri Penyamakan Kulit Dengan Metode Fenat. Majalah Kulit, Karet, Dan Plastik, 30(1), 29–34. https://doi.org/10.20543/mkkp.v30i1
  24. Simanjuntak, M. (2012). Sea Water Quality Observed From Nutrient Aspect, Dissolved Oxygen And pH In The Banggai Waters, Central Sulawesi. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis,4(2),290–303. https://doi.org/10.29244/jitkt.v4i2.7791
  25. Slamet S, L. (2014). Potensi Emisi Metana Ke Atmosfer Akibat Banjir. Berita Dirgantara, 15(1), 27–32. https://majalah.lapan.go.id/index.php/bd/article/view/548/548
  26. Widyasmara, L., Pratiwiningrum, A., & Yusiati, L. M. (2012). Pengaruh Jenis Kotoran Ternak Sebagai Substrat Dengan Penambahan Serasah Daun Jati (Tectona grandis) Terhadap Karakteristik Biogas Pada Proses Fermentasi. Buletin Peternakan, 36(1), 40. https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v36i1.1275
  27. Yulma, Y., Ihsan, B., Sunarti, S., Malasari, E., Wahyuni, N., & Mursyban, M. (2017). Identifikasi Bakteri Pada Serasah Daun Mangrove yang Terdekomposisi di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan. Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology, 2(1), 28. https://doi.org/10.22146/jtbb.27173

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-26 10:29:22

No citation recorded.