1Departemen Anestesiologi dan Reanimasi; Fakultas kedokteran; Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo; Surabaya, Indonesia
2Departemen Anestesiologi dan Reanimasi; Fakultas Kedokteran; Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo; Surabaya, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JAI23947, author = {Andre Karema and Eddy Rahardjo and Prananda Airlangga and Bambang Semedi}, title = {Hipoglikemia Berat pada Pasien Syok Sepsis karena Perforasi Gaster}, journal = {JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)}, volume = {11}, number = {3}, year = {2019}, keywords = {hipoglikemia; pasien kritis; pemeriksaan kadar glukosa; perforasi gaster; syok septik}, abstract = { Latar Belakang : Secara umum pasien kritis dengan syok septik mengalami hiperglikemia. Hipoglikemia berat sangat jarang terjadi pada pasien kritis. Pada penelitian Bagshaw dkk, hipoglikemia berat terjadi sekitar 1,4 % dari populasi pasien kritis. Hipoglikemia berat disebabkan gagal hati fulminan atau gagal adrenal, syok septik, dan komorbid berat (malnutrisi, sirosis hati, gagal ginjal kronik).Pasien perforasi gaster yang dirawat di ruang intensif emergensi RSUD Dr. Sutomo selama satu tahun (2017) berjumlah 11 pasien. Pada laporan kasus ini 3 pasien mengalami hipoglikemia dimana 2 diantaranya hipoglikemia berat.Pada umumnya pasien kritis dengan syok sepsis mengalami hiperglikemia, namun pada 3 pasien terjadi hipoglikema dan 2 di antaranya hipoglikemia berat . Kasus : Tiga kasus dilaporkan sebagai pasien hipoglikemia berat yang mengalami syok septik disebabkan perforasi gaster. Ketiga pasien dengan mengalami acute kidney injury , hipoalbumin, serta mendapat support ventilator. Diskusi : Hipoglikemia harus segera diatasi untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan. Pasien yang tidak mendapat asupan glukose selama 2 hari harus segera diberikan asupan. Bila hipoglikemia terjadi maka mortalitas akan meningkat 40% dan hipoglikemia berat akan meningkat sampai 80%. Penyebab Hipoglikemia paling banyak antara lain acute kidney injury , hipoalbumin, dan ventilasi mekanik. Kesimpulan: Apabila dijumpai pasien kritis perforasi gaster, laparatomi, acute kidney injury , puasa dan menggunakan mekanikal ventilator sebaiknya kadar gula darah diperiksa seawal mungkin dan berulang. Apabila pasien mengalami hipoiglikemia, pasien diterapi secepatnya untuk meningkatkan gula darah, serta perlu diberikan asupan glukosa yang memadai. }, issn = {2089-970X}, pages = {145--152} doi = {10.14710/jai.v11i3.23947}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/23947} }
Refworks Citation Data :
Latar Belakang: Secara umum pasien kritis dengan syok septik mengalami hiperglikemia. Hipoglikemia berat sangat jarang terjadi pada pasien kritis. Pada penelitian Bagshaw dkk, hipoglikemia berat terjadi sekitar 1,4 % dari populasi pasien kritis. Hipoglikemia berat disebabkan gagal hati fulminan atau gagal adrenal, syok septik, dan komorbid berat (malnutrisi, sirosis hati, gagal ginjal kronik).Pasien perforasi gaster yang dirawat di ruang intensif emergensi RSUD Dr. Sutomo selama satu tahun (2017) berjumlah 11 pasien. Pada laporan kasus ini 3 pasien mengalami hipoglikemia dimana 2 diantaranya hipoglikemia berat.Pada umumnya pasien kritis dengan syok sepsis mengalami hiperglikemia, namun pada 3 pasien terjadi hipoglikema dan 2 di antaranya hipoglikemia berat .
Kasus: Tiga kasus dilaporkan sebagai pasien hipoglikemia berat yang mengalami syok septik disebabkan perforasi gaster. Ketiga pasien dengan mengalami acute kidney injury, hipoalbumin, serta mendapat support ventilator.
Diskusi: Hipoglikemia harus segera diatasi untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan. Pasien yang tidak mendapat asupan glukose selama 2 hari harus segera diberikan asupan. Bila hipoglikemia terjadi maka mortalitas akan meningkat 40% dan hipoglikemia berat akan meningkat sampai 80%. Penyebab Hipoglikemia paling banyak antara lain acute kidney injury, hipoalbumin, dan ventilasi mekanik.
Kesimpulan: Apabila dijumpai pasien kritis perforasi gaster, laparatomi, acute kidney injury, puasa dan menggunakan mekanikal ventilator sebaiknya kadar gula darah diperiksa seawal mungkin dan berulang. Apabila pasien mengalami hipoiglikemia, pasien diterapi secepatnya untuk meningkatkan gula darah, serta perlu diberikan asupan glukosa yang memadai.
Note: This article has supplementary file(s).
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-20 06:35:47
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University as publisher of the journal. Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here:[Copyright Transfer Form JAI]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document:
Mochamat (Editor-in-Chief)
Editorial Office of JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University/ Dr. Kariadi General Hospital Medical Center (RSUP Dr. Kariadi)
Jl. Dr. Soetomo No. 16 Semarang, Central Java, Indonesia, 50231
Telp. : (024) 8444346
Email : janestesiologi@gmail.com
View My Stats
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License