Departemen Anestesiologi dan Reanimasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JAI24303, author = {Daryanto Winarko and Prananda Airlangga and Eddy Rahardjo}, title = {Pencegahan Terjadinya Delayed Cerebral Ischemia (DCI) pada Pasien Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage (aSAH) di Intensive Care Unit}, journal = {JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)}, volume = {12}, number = {1}, year = {2020}, keywords = {aneurysmal subarachnoid hemorrhage (aSAH); delayed cerebral ischemia (DCI); intensive care unit; pencegahan; vasospasme}, abstract = { Latar Belakang: Penyebab subarachnoid hemorrhage (SAH) non trauma terbanyak adalah pecahnya aneurisma (75%-85%). Hal ini merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan neurokritikal, sedangkan delayed cerebral ischemia (DCI) merupakan komplikasi serius dari SAH dan berhubungan dengan hasil neurologis yang merugikan. Vasospasme serebral adalah penyebab utama terjadinya DCI, paling sering terjadi pada hari ke 7-8 setelah perdarahan. Penderita tekanan darah tinggi, perokok, peminum, wanita dan usia 40-60 tahun berisiko menderita aneurysmal subarachnoid hemorrhage (aSAH). Kasus: Terdapat 3 kasus aSAH yang dilaporkan. Kasus pertama dan ketiga tidak mengalami penurunan kesadaran yang menurut skala modifikasi fisher berisiko terjadi vasospasme berskala 2 atau berisiko sedang dan angka mortalitas (menurut Hunt dan Hess) keduanya sebesar 40%. Sedangkan kasus ke 2 terjadi penurunan kesadaran yang mempunyai risiko terjadi vasospasme berskala 2 yakni berisiko sedang, namun angka mortalitasnya 50%. Ketiga kasus setelah diagnose SAH ditegakkan segera mendapatkan terapi nimodipin untuk pencegahan terjadinya vasospasme disamping status cairan harus euvolemi dan tekanan darah sistole 120-140 mmHg. Pembahasan : aSAH mempunyai angka kematian dan tingkat kecacatan permanen yang tinggi. Aneurisma serebri dapat terdeteksi ketika pecah atau saat pemeriksaan CT scan dan magnetic reconance imaging (MRI) yang tidak disengaja. Kematian biasanya disebabkan oleh cedera neurologis akibat perdarahan awal, perdarahan ulang ( rebleeding ) dan DCI. Tujuan pengelolaan pecahnya aSAH adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang dan DCI dengan menggunakan terapi nimodipin, mempertahankan volume darah normal (euvolume) dan mempertahankan tensi sistolik sekitar 120-140 mmHg. Kesimpulan: Untuk pencegahan aSAH tindakan skrining aneurisma akan lebih baik dan dapat menghemat biaya. Sedangkan pencegahan terjadinya DCI pada aSAH dilakukan dengan pemberian obat nimodipin, mempertahankan sirkulasi darah normal dan tekanan darah sligh hipertensi (120-140 mmHg).}, issn = {2089-970X}, pages = {22--30} doi = {10.14710/jai.v12i1.24303}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/24303} }
Refworks Citation Data :
Latar Belakang: Penyebab subarachnoid hemorrhage (SAH) non trauma terbanyak adalah pecahnya aneurisma (75%-85%). Hal ini merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan neurokritikal, sedangkan delayed cerebral ischemia (DCI) merupakan komplikasi serius dari SAH dan berhubungan dengan hasil neurologis yang merugikan. Vasospasme serebral adalah penyebab utama terjadinya DCI, paling sering terjadi pada hari ke 7-8 setelah perdarahan. Penderita tekanan darah tinggi, perokok, peminum, wanita dan usia 40-60 tahun berisiko menderita aneurysmal subarachnoid hemorrhage (aSAH).
Kasus: Terdapat 3 kasus aSAH yang dilaporkan. Kasus pertama dan ketiga tidak mengalami penurunan kesadaran yang menurut skala modifikasi fisher berisiko terjadi vasospasme berskala 2 atau berisiko sedang dan angka mortalitas (menurut Hunt dan Hess) keduanya sebesar 40%. Sedangkan kasus ke 2 terjadi penurunan kesadaran yang mempunyai risiko terjadi vasospasme berskala 2 yakni berisiko sedang, namun angka mortalitasnya 50%. Ketiga kasus setelah diagnose SAH ditegakkan segera mendapatkan terapi nimodipin untuk pencegahan terjadinya vasospasme disamping status cairan harus euvolemi dan tekanan darah sistole 120-140 mmHg.
Pembahasan: aSAH mempunyai angka kematian dan tingkat kecacatan permanen yang tinggi. Aneurisma serebri dapat terdeteksi ketika pecah atau saat pemeriksaan CT scan dan magnetic reconance imaging (MRI) yang tidak disengaja. Kematian biasanya disebabkan oleh cedera neurologis akibat perdarahan awal, perdarahan ulang (rebleeding) dan DCI. Tujuan pengelolaan pecahnya aSAH adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang dan DCI dengan menggunakan terapi nimodipin, mempertahankan volume darah normal (euvolume) dan mempertahankan tensi sistolik sekitar 120-140 mmHg.
Note: This article has supplementary file(s).
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-12-03 15:08:10
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University as publisher of the journal. Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here:[Copyright Transfer Form JAI]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document:
Mochamat (Editor-in-Chief)
Editorial Office of JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University/ Dr. Kariadi General Hospital Medical Center (RSUP Dr. Kariadi)
Jl. Dr. Soetomo No. 16 Semarang, Central Java, Indonesia, 50231
Telp. : (024) 8444346
Email : janestesiologi@gmail.com
View My Stats
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License