skip to main content

Perbandingan Rasio Lingkar Leher Terhadap Jarak Tiromental dengan Skor Mallampati dan Jarak Tiromental Sebagai Prediktor Kesulitan Visualisasi Laring pada Pasien Bedah Elektif Di RSUPN Cipto Mangunkusumo

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

Published: 30 Nov 2022.
Open Access Copyright 2022 JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)

Citation Format:
Abstract

Latar Belakang: Skor mallampati dan jarak tiromental (TMD) banyak digunakan sebagai prediktor kesulitan visualisasi laring preoperatif, namun akurasi kedua penanda tersebut masih dipertanyakan.

Tujuan: Penelitian ini mengevaluasi prediktor kesulitan visualisasi laring (difficult visualization of larynx, DVL) preoperatif baru yaitu rasio lingkar leher (NC) terhadap jarak tiromental TMD dibandingkan dengan skor mallampati dan jarak tiromental.

Metode: Sebanyak 217 pasien yang menjalani anestesi umum untuk bedah elektif dievaluasi dengan menggunakan skor mallampati, TMD dan rasio NC/TMD. Dan titik potong untuk masing-masing prediktor jalan napas adalah skor mallampati III dan IV, < 6,5 cm, ≥ 5. Pada saat dilakukan laringoskopi langsung, visualisasi laring dinilai berdasarkan klasifikasi cormack-lehane (CL). Skor CL derajat III dan IV dianggap sulit visualisasi. Kemudian ditentukan dan dibandingkan nilai area dibawah kurva (AUC), sensitifitas, spesifisitas untuk setiap prediktor jalan napas.

Hasil: Pada penelitian ini, dari 217 subjek penelitian, mudah dalam visualisasi laring (easy visualization of larynx, EVL) didapatkan 197 orang (90,8%), sedangkan sulit dalam visualisasi laring (DVL) sebanyak 20 orang (9,2%). Kemudian didapatkan hasil TMD dengan kesulitan visualisasi laring pada DVL sebesar 28% dan EVL sebesar 72% (p=0,000), sedangan rasio NC/TMD dibandingkan dengan kesulitan visualisasi didapatkan 22,4% pada DVL dan 77,6% pada EVL (p=0,000). Area dibawah curve (AUC) rasio NC/TMD (96,2%) lebih baik dibandingkan dengan skor mallampati (64%) dan TMD (83%).

Kesimpulan: Akurasi rasio NC/TMD lebih baik dibandingkan dengan skor mallampati dan TMD.

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  common.other
Copyright Transfer Agreement
Subject
Type Other
  Download (141KB)    Indexing metadata
 common.other
Ethical Clearance
Subject
Type Other
  View (192KB)    Indexing metadata
Keywords: laringoskopi; laring; mallampati; sulit visualisasi; tiromental

Article Metrics:

  1. Benumof JL. Management of the difficult adult airway. With special emphasis on awake tracheal intubation. Anesthesiology. 1991; 75: 1087–1110
  2. Iohom G, Ronayne M, Cunningham AJ. Prediction of difficult tracheal intubation. Eur J Anaesthesiol. 2003; 20: 31–6
  3. Savva D. Prediction of difficult tracheal intubation. Br J Anaesth. 1994;73(2):149-53
  4. Karkouti K, Rose DK, Wigglesworth D, Cohen MM. Predicting difficult intubation: a multivariable analysis. Can J Anaesth. 2000;47(8):730-9
  5. Cormack RS, Lehane J. Difficult tracheal intubation in obstetrics. Anaesthesia 1984; 39: 1105–1111
  6. Tse JC, Rimm EB, Hussain A. Predicting difficult endotracheal intubation in surgical patients scheduled for general anaesthesia: a prospective blind study. Anesth Analg 1995; 81: 254–258
  7. Domi R. A comparison of Wilson sum score and combination Mallampati, tiromental and sternomental distances for predicting difficult intubation. Macedonian Journal of Medical Sciences. 2009; 2: 141–4
  8. Lee A, Fan LTY, Gin T, Karmakar MK, Kee WDN. A systematic review (meta-analysis) of the accuracy of the Mallampati tests to predict the difficult airway. Anesth Analg. 2006; 102: 1867–78
  9. Kim WH, Ahn HJ, Lee CJ, Shin BS, Ko JS, Choi SJ et al. Neck circumference to thyromental distance ratio: a new predictor of difficult intubation in obese patients. Br J Anaesth. 2011; 106: 743–8
  10. Munandar S, Snow MD. Cephalometric analysis of Deutero-Malay Indonesians. Aust Dent J. 1995; 40: 381–8
  11. A MH, Hassan A, F HS. Cephalometric evaluation for Malaysian Malay by Steiner analysis. Scientific Research and Essays. 2011; 6: 627–34
  12. Kusnoto H. A study on the morphology of the craniofacial growth of Indonesians of the Deutero-Malay ethnic group, 6-15 years of age in Jakarta by the cephalometric radiography method. Bandung, Indonesia: University of Padjadjaran, 1988
  13. Wong SHS, Hung CT. Prevalence and prediction of difficult intubation in Chinese women. Anaesth Intensive Care .1999; 27: 49–52
  14. Sunanda, G., Rajesh, S.K.R. and Dimpel, J. Airway Assessment Predictors of Difficult Airway. Indian Journal of Anaesthesia. 2005; 49: 257-62
  15. Effendi R. Rasio Tinggi Badan Terhadap Jarak Tiromental sebagai Prediktor Sulit Intubasi Terhadapa Ras Melayu di RSUPNCM: Perbandingan dengan Skor Mallampati dan jarak Tiromental. 2013. Jakarta: Universitas Indonesia
  16. Salomo ST. Skor Mallampati, Jarak Tiromental dan Raiso Jarak Hiomental sebagai Prediktor Sulit Intubasi Atas Dasar Derajat Visualisasi Laring Cormack Lehane pada Ras Melayu di RSUPNCM. 2013. Jakarta: Universitas Indonesia
  17. Lee A, Fan LT, Gin T, Karmakar MK, Ngan Kee WD. A systematic review (meta-analysis) of the accuracy of the Mallampati tests to predict the difficult airway. Anesth Analg. 2006;102(6):1867-78
  18. Siddiqi R, Kazi WA. Predicting difficult intubation--a comparison between Mallampati classification and Wilson risk-sum. J Coll Physicians Surg Pak. 2005;15(5):253-6
  19. Butler PJ, Dhara SS. Prediction of difficult laryngoscopy: an assessment of the thyromental distance and Mallampati predictive tests. Anaesth Inten Care 1992; 20: 139–142
  20. Chou H-C, Wu T-L. Thyromental distance – shouldn’t we redefine its role in the prediction of difficult laryngoscopy? Acta Anaesthesiol Scand 1998; 42: 136–137

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-06 01:06:36

No citation recorded.