skip to main content

Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Terhadap Keluhan Penyakit Kulit

Fakultas Kedokteran, Universitas Riau, Jl Diponegoro No 1 Pekanbaru, Riau 28133, Indonesia

Open Access Copyright 2022 Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Latar belakang: Masalah sanitasi lingkungan antara lain ketersediaan air bersih, kondisi fisik rumah, keberadaan vektor dan binatang pembawa penyakit masih menjadi pemicu tingginya penyakit kulit di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan sanitasi lingkungan terhadap keluhan penyakit kulit di masyarakat.

Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain  cross sectional. Variabel dependen adalah keluhan penyakit kulit, sedangkan variabel independen antara lain sumber air bersih dan air minum, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kondisi rumah (tata ruang, sekat pada dapur, dinding rumah, ventilasi ruang keluarga dan kamar tidur, lubang udara pada dapur, dan kepadatan hunian kamar tidur), tanda keberadaan binatang dan vektor pembawa penyakit (tikus, kecoa, nyamuk, serangga). Pengumpulan data variabel independen dilakukan dengan wawancara dan observasi, sedangkan variabel dependen dilakukan melalui variabel dependen (keluhan penyakit kulit) dilakukan melalui pemeriksaan klinis dan hasil diagnosis oleh dokter spesialis kulit dan kelamin.  Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat di desa Ranah. Jumlah sampel menggunakan rumus estimasi proporsi didapatkan jumlah sampel 245 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.  Data dianalisis dengan chi-square dan regresi logistik berganda.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan 36,73% (95% CI: 30,69% - 42,76%) responden mengalami keluhan penyakit kulit. Analisis bivariat didapatkan hanya ventilasi tidak memenuhi syarat yang berhubungan signifikan terhadap masalah kesehatan kulit (p value 0,001). Sementara sumber air bersih dan air minum, jamban,SPAL), jenis lantai rumah, kondisi rumah lainnya dan keberadaan binatang dan vektor pembawa penyakit tidak berhubungan signifikan terhadap keluhan penyakit kulit (p value>0,05).  Analisis multivariat diperoleh hasil faktor risiko yang paling berhubungan adalah ventilasi ruang keluarga (p value 0,0001, adjusted OR 6,34), kemudian SPAL (pvalue 0,02 adjusted OR 2,51), dan keberadaan vektor pembawa penyakit (serangga) (p value 0,007 adjusted OR 2,44)

Simpulan: Penelitian ini membuktikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhahap keluhan penyakit kulit  adalah ventilasi, sumber air minum, SPAL,  dan keberadaan serangga.

 

ABSTRACT

Title: Relationship of Environmental sanitation with Complaints of Skin Disease

Background: Environmental sanitation problems include the availability of clean water, the physical condition of the house, the presence of vectors and disease-carrying animals that still trigger high levels of skin disease in the community. The purpose of this study was to determine the relationship between environmental sanitation and complaints of skin diseases in the community.

Method: This study used a quantitative approach with a sectional corss study design. Data collection for the independent variables was carried out by interview and observation, while the dependent variable was carried out through clinical interviews. The environmental aspects studied were sources of clean and drinking water, latrines, sewerage (SPAL), house conditions (layout, kitchen partition, walls of permanent houses, house and bedroom ventilation, air holes in the kitchen, and room density), and signs of the presence of animals and disease-carrying vectors (rats, cockroaches, mosquitoes, insects, and flies). The number of samples was 245 people taken by purposive sampling. Data were analyzed by chi-square and multiple logistic regression.

Result: The results of this study showed that 36.73% (95% CI: 30.69% - 42.76%) of respondents had complaints of skin disease. Bivariate analysis found that only ventilation had a significant effect on skin health problems (Pvalue 0.001). Meanwhile, clean and drinking water sources, latrines, sewerage), types of house floors, other house conditions and the presence of animals and disease-carrying vectors did not have a significant relationship with skin problems (p value> 0.05). Multivatiate analysis showed that the most influential risk factors were house ventilation (p value 0.0001, adjusted OR 6.34), then SPAL (p value 0.02 adjusted OR 2.51), and the presence of disease-carrying vectors (insects) (p. value 0.007 adjusted OR 2.44)

Conclusion: Environmental factors that affect symptoms of skin disease in the community are air ventilation, SPAL, and the presence of insects. The sanitation factor was not significantly related.

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  Turnitin
Turnitin
Subject
Type Turnitin
  Download (2MB)    Indexing metadata
 CTA
Copyrigh Transfer Agreement
Subject
Type CTA
  Download (123KB)    Indexing metadata
 ES
Etichal Statement
Subject
Type ES
  Download (115KB)    Indexing metadata
Keywords: air bersih; jamban rumah tangga; keluhan penyakit kulit; kondisi rumah
Funding: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; LPPM Universitas Riau

Article Metrics:

  1. Greaves MW. Skin disease: Encyclopedia Britannica; 2020 [Available from: https://www.britannica.com/science/human-skin-disease
  2. Tyring S. Tropical Dermatology: Elsevier Health Sciences; 2017. 376-86 p. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-29634-2.00001-8
  3. Siregar RS. Penyakit Jamur Kulit: Egc
  4. Mıstık S, Uludağ A, Kartal D, Çınar S. Bacterial Skin Infections: Epidemiology and Latest Research. Turkish Journal of Family Medicine & Primary Care. 2015;9(2):65-74. https://doi.org/10.5455/tjfmpc.177379
  5. WHO. Scabies and other ectoparasites 2017 [Available from: https://www.who.int/neglected_diseases/diseases/scabies/en/
  6. Griana TP. Scabies: Penyebab, Penanganan Dan Pencegahannya. El-Hayah. 2013;4(1). https://doi.org/10.18860/elha.v4i1.2619
  7. Achmadi UF. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Raja Grafindo; 2012
  8. KBBI. Sanitasi [cited 2021 21 Februari]. Available from: https://kbbi.web.id/sanitasi
  9. WHO. Guidelines on sanitation and health. 2018:4
  10. Hamzah Z, Handayani ATW, Prihatiningrum B, Tohirun T, Indartin D, Ernanda H, et al., editors. Water Pollution in Bedadung Watersheds Area and Diseases in Elderly People. International Conference in Health Sciences (ICHS); 2017; Purwokerto. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman; 2018
  11. Mosites E, Lefferts B, Seeman S, January G, Dobson J, Fuente D, et al. Community water service and incidence of respiratory, skin, and gastrointestinal infections in rural Alaska, 2013–2015. International Journal of Hygiene and Environmental Health. 2020;225:113475. https://doi.org/10.1016/j.ijheh.2020.113475
  12. Sajida A, Santi DN, Naria E. Hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan denai Kota Medan Tahun 2012. Lingkungan dan Kesehatan Kerja. 2013;2(2)
  13. Kusumasari R. Gigitan atau sengatan Serangga Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2019 [Available from: https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/gigitan-atau-sengatan-serangga/
  14. Zahtamal , Restuastuti T, Restila R, Yusdiana Y, editors. Pengelolaan kesehatan kulit masyarakat pada masa pandemi Covid-19 di Desa Ranah Kecamatan Kampar. Unri Conference Series: Community Engagement; 2020
  15. Zulinda A, Yolazenia Y, Zahtamal Z. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Murid Kelas III, IV, V Dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. Jurnal Ilmu Kedokteran. 2017;4(1):65-9. https://doi.org/10.26891/JIK.v4i1.2010.65-69
  16. Sulistyani N, Khikmah N. The Relationship Among Pediculosis Capitis, Anemia And Learning Achievement In Elementary Students. Jurnal Penelitian Saintek. 2019;24(2):65-74. https://doi.org/10.21831/jps.v24i2.26500
  17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum 2017
  18. Argos M, Kalra T, Pierce BL, Chen Y, Parvez F, Islam T, et al. A Prospective Study of Arsenic Exposure From Drinking Water and Incidence of Skin Lesions in Bangladesh. American Journal of Epidemiology. 2011;174(2):185-94. https://doi.org/10.1093/aje/kwr062
  19. Shankar S, Shanker U, Shikha. Arsenic Contamination of Groundwater: A Review of Sources, Prevalence, Health Risks, and Strategies for Mitigation. The Scientific World Journal. 2014;2014. https://doi.org/10.1155/2014/304524
  20. WHO. Guidelines for drinking-water quality. WHO chronicle. 2011;38(4):104-8
  21. Dewi AP. Hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di pondok pesantren al-kautsar Pekanbaru: Riau University; 2015
  22. Vidyautami DN, Huboyo HS, Hadiwidodo M. Pengaruh Penggunaan Ventilasi (AC Dan Non AC) dalam Ruangan Terhadap Keberadaan Mikroorganisme Udara (Studi Kasus: Ruang Kuliah Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro): Diponegoro University; 2015
  23. Candrasari CR, Mukono J. Hubungan Kualitas Udara dalam Ruang dengan Keluhan Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2013;7(1):21-5
  24. Kim HO, Kim JH, Cho SI, Chung BY, Ahn IS, Lee CH, et al. Improvement of atopic dermatitis severity after reducing indoor air pollutants. Annals of Dermatology. 2013;25(3):292-7. https://doi.org/10.5021/ad.2013.25.3.292
  25. Kim E-H, Kim S, Lee JH, Kim J, Han Y, Kim Y-M, et al. Indoor air pollution aggravates symptoms of atopic dermatitis in children. PLoS One. 2015;10(3):e0119501. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0119501
  26. Ahn K. The role of air pollutants in atopic dermatitis. Journal of Allergy and Clinical Immunology. 2014;134(5):993-9. https://doi.org/10.1016/j.jaci.2014.09.023
  27. Pertiwi AM, Saimora AF, Cahyani SL, Prabhawati TB, Andarini DW, Sari EP, et al. Identifikasi Penanganan Sengatan Dan Gigitan Serangga Di Masyarakat. Jurnal Farmasi Komunitas. 2018;Vol 5 No 2:50 - 5

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-04-24 20:28:39

No citation recorded.