skip to main content

Dari Kentrung hingga Ken Palman: Pasang Surut Kesenian Kentrung Jepara, 1970-2021

*Alamsyah Alamsyah  -  Department of History, Faculty of Humanities, Universitas Diponegoro, Indonesia
Siti Maziyah  -  Department of History, Faculty of Humanities, Universitas Diponegoro, Indonesia
Vicky Very Angga  -  Universitas 17 Agustus, Indonesia
Open Access Copyright (c) 2023 JSCL (Jurnal Sejarah Citra Lekha) under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

This article discusses the development of kentrung art, a traditional art originating from a city on the north coast of Java, namely Jepara. Kentrung has been present to accompany the people of Jepara for a long time and has become one of the instruments in religious rituals in Jepara. In addition, kentrung is also one of the entertainment's communities. In the 1970s to 1980s, kentrung experienced its heyday because it was in great demand by the public. However, in subsequent periods, kentrung faced challenges threatening its existence. Using historical methods, this article examines the adaptation strategy of kentrung art in meeting the challenges of globalization which have brought popular skills to the masses. Apart from that, kentrung also has to face the problem of regeneration because apart from the lack of spectators, there are also very few young people who are interested in becoming kentrung artists. The situation is becoming increasingly threatening to the existence of kentrung because the Covid-19 Pandemic is hitting the world. The results of the research show that the government's commitment, in this case the region and the community, guarantees the sustainability of the kentrung arts. An example is the case of regeneration initiated by the Jungpara Foundation which later gave birth to a kentrung art group named Ken Palman. In addition to regenerating, they also packaged kentrung performances to be more contemporary to attract the public.


Fulltext View|Download
Keywords: Kentrung; Traditional Art; Traditional Art’s Preservation

Article Metrics:

  1. Abdurahman, Dudung. 2011. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
  2. Alamsyah & Siti Maziyah. 2020. “Kesenian Kentrung Jepara dalam Perkembangan Zaman.” Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi 4, no. 1
  3. Alamsyah. 2013. “Kreativitas Ekonomi Masyarakat Lokal di Keresidenan Jepara 1830-1900.” Paramita 23, no. 1, Januari
  4. Andri, Laura. 2016. “Seni Pertunjukan Tradisional Di Persimpangan Zaman: Studi Kasus Kesenian Menak Koncer Sumowono Semarang.” HUMANIKA 23, no. 2
  5. Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
  6. Chalid, Ibrahim. 2014. “Peran Seni Tradisional Dalam Memelihara Perdamaian (peace building) Persektif Antropologis.” Disampikan pada Acara Workshop Kebudayaan, Seni, Multikulturalisme, Pluralitas dan Perdamaian dalam Perspektif Pemuda dan Mahasiswa. Kerjasama Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia dengan Lembaga Independen Pemberdayaan Masyarakat Gampong-Aceh (LIDMAGA-ACEH). Kuta Karang Baru. Lhokseumwe, 27 September 2014
  7. Diskominfo Jepara. “Spectaxcular 2020 Tampilkan Atraksi Budaya Kesenian Tradisional.” Diskominfo Jepara, 8 Maret 2020
  8. https://jepara.go.id/2020/03/08/spectaxcular-2020-tampilkan-atraksi-budaya-kesenian-tradisional/
  9. Garraghan, Gilbert. 1947. A Guide to Historical Method. New York: Fordham University Press
  10. Harwanto, Dody Candra, & Sunarto. 2018. “Bentuk dan Struktur Kesenian Kentrung di Jepara.” Resital 19, no. 1
  11. Hazami, Akrom. “Artsotika Muria: Festival Seni dan Gerakan Peduli Kawasan Muria.” DetikJateng, 2019
  12. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4832345/artsotika-muria-festival-seni-dan-gerakan-peduli-kawasan-muria
  13. Herlian, Nina. 2008. Metode Sejarah. Bandung: Satya Historika
  14. Hermawan, Agus & Roko Patria Jati. 2019. Studi Islam Nusantara. Kudus: Yayasan Hj Kartini
  15. Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Cerita Kentrung Sarahwulan di Tuban. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
  16. Irhandayaningsih, Ana. 2018. “Pelestarian Kesenian Tradisional sebagai Upaya Dalam Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang.” ANUVA 2, no. 1: 19-27
  17. Irianto, Agus Maladi. 2015. “Mengemas Kesenian Tradisional Dalam Bentuk Industri Kreatif: Studi Kasus Kesenian Jathilan.” HUMANIKA 22, no. 2
  18. Irianto, Agus Maladi. 2016. “Komodifikasi Budaya di Era Ekonomi Global Terhadap Kearifan Lokal.” Jurnal Theologia 27, no. 1
  19. Irianto, Agus Maladi. 2017. “Kesenian Tradisional Sebagai Sarana Strategi Kebudayaan di Tengah Determinasi Teknologi Komunikasi.” NUSA 12, no. 1
  20. Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Pubhlisher
  21. Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  22. Lune, Howard & Bruce L. Berg. 2017. Qualitative Research Methods for the Social Sciences. London: Pearson Education Limited
  23. Maziyah, Siti & Rabith Jihan Amaruli. 2020. “Walisanga: Asal, Wilayah dan Budaya Dakwahnya di Jawa.” Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi 3, no. 2: Juni
  24. Necis, Desibel Nisa. 2020. “Strategi Pemasaran Pengrajin Sentra Rebana Dalam Perspektif Ekonomi Islam.” Skripsi, IAIN Purwokerto
  25. Nugroho, Garin. 2006. “Sebuah Peta Baru.” Dalam Perjalanan Kesenian Indonesia Sejak Kemerdekaan: Perubahan Dalam Pelaksanaan, Isi dan Profesi, diedit Philip Yampolsky. Jakarta: Equinox Publishing Indonesia
  26. Putri, L. G. Saraswati. 2020. “Seni Dalam Lipatan Pandemi”. Pidato Seni Dies Natalis Institut Kesenian Jakarta ke-50
  27. Safriana, Luki. 2020. “Tantangan Berat Seniman Pertunjukan di Masa Pandemi Corona.” Katadata, 18 April 2020
  28. https://katadata.co.id/opini/2020/04/18/tantangan-berat-seniman-pertunjukan-di-masa-pandemi-corona
  29. Sinaga, Syahrul Syah. 2001. “Akulturasi Kesenian Rebana.” Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni 2, no. 3
  30. Soelistyanto, B. 1989. “Proses Perkembangan Kesenian Dalam Perubahan Kebudayaan.” Berkala Arkeologi 10, no. 2
  31. Sulistiyono. 2020. “Kesenian Budaya Harus Bangkit di Tengah Pandemi.” Pemerintah Kabupaten Jepara, 13 November 2020
  32. https://jepara.go.id/2020/11/13/kesenian-budaya-harus-bangkit-di-tengah-pandemi/,
  33. Sunyoto, Agus. 2012. Atlas Wali Songo. Depok: Pustaka Ilman
  34. Sutiyono. 1994. “Seni Tradisional Dalam Arus Globalisasi Ekonomi.” Cakrawala Pendidikan, no. 3, Tahun XIII, November
  35. Syafrizal, Achmad. 2015. “Sejarah Islam Nusantara.” Islamuna Volume 2, no. 2 Desember
  36. Syamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
  37. Wrahatnala, Bondet. 2013. “Seni Kentrung dan Masyarakat (Pandangan Dan Prinsip Hidup Masyarakat Yang Terekspresikan Dalam Seni Kentrung).” Jurnal Terob 4, no. 6
  38. Wrahatnala, Bondet. 2015. “Politik Identitas dalam Lakon Syeh Jondang pada Pertunjukan Kentrung di Jepara.” Dalam Prosiding Konferensi Nasional Pengkajian Seni Art and Beyond, diedit oleh Sal Mugiyanto, dkk. Yogyakarta: Prodi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana UGM
  39. Wrahatnala, Bondet. 2017. “Kebertahanan Kentrung Dalam Kehidupan Masyarakat Jepara.” Disertasi, ISI Surakarta
  40. Yuliati, Dewi. 2017. “Kartini: Sang Penyibak Fajar Nasionalisme Indonesia.” Sabda 12, no. 1

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-05-11 02:20:00

No citation recorded.