skip to main content

Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral dengan Kejadian Balita Stunting di Indonesia: Kajian Pustaka

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Received: 20 Jul 2020; Revised: 25 Jul 2020; Accepted: 3 Aug 2020; Published: 1 Oct 2020.
Open Access Copyright (c) 2020 MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

Citation Format:
Abstract

Latar belakang: Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 27,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan target penurunan dalam lingkup nasional yaitu 19%. Stunting pada balita mempunyai dampak jangka panjang seperti produktivitas yang kurang, kemampuan kognitif yang rendah, dan kenaikan berat badan yang berlebih. Rendahnya asupan zat gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting, sehingga kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan asupan energi, protein, zat besi, dan seng terhadap kejadian stunting pada balita di Indonesia.

Metode: Kajian ini menggunakan literature review. Penelusuran artikel dilakukan melalui jurnal, laporan, dan prosiding dalam 10 tahun terakhir. Ditemukan 606 studi dan diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan 606 studi didapatkan 40 studi yang memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan kajian.

Hasil: Berdasarkan  studi yang dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan prevalensi stunting paling tinggi pada tahun 2019 di Nusa Tenggara Timur sebesar 43,82%. Hasil telaah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi, protein, zat besi, dan seng yang rendah terhadap kejadian stunting. Studi menjelaskan asupan energi berisiko 16,71 kali, asupan protein berisiko 26,71 kali, asupan zat besi berisiko 4 kali, dan asupan seng berisiko 9,24 kali lebih besar terhadap kejadian stunting.

Simpulan: Asupan zat gizi pada daerah di Indonesia masih rendah, pada umumnya disebabkan karena konsumsi sumber karbohidrat, protein hewani, dan pengetahuan ibu mengenai pola pemberian makan yang masih rendah. Sehingga diperlukan pemantauan status gizi secara berkala dan memperkuat program pencegahan stunting seperti edukasi kepada ibu mengenai pola pemberian makan pada balita.


ABSTRACT

Title: Macronutrient and Mineral Intake Associated with Stunting among Indonesian Toddlers: A Literature Review

Background: The prevalence of stunting in Indonesia in 2019 is 27,6%, higher than the target of the national reduction of 19%. Stunting has long-term impacts such as less productivity,  cognitive ability, and the risk of chronic disease. Low nutrient intake is one of the risk factors of stunting. This study aims to identify the relationship of energy, protein, iron, and zinc intake with stunting among Indonesian toddlers.

Method: This study uses the literature review method. The article search is conducted through journals, reports, and proceedings in the last 10 years. The search result from the article found 606 studies and selected according to the criteria of inclusion. Based on 606 studies obtained 40 studies that meet the criteria of inclusion for review.

Result: Based on the result of the literature review in Indonesia showed the highest prevalence of stunting in 2019 in East Nusa Tenggara is 43.82%. The results showed a significant correlation between low energy, protein, iron, and zinc intake with stunting. The study describes low protein intake to be the nutrient intake most associated with stunting, followed by energy, zinc, and iron intake. Risk factors of nutrient intake were 2,52-16,71 times due to low energy intake, 1,6-26,71  times due to low protein intake, 2,87-4  times due to low iron intake, and 1,29-9,24  times due to low zinc intake.

Conclusion: Low intake of energy, protein, iron, and zinc has a significant relationship with stunting among Indonesian toddlers. Low protein intake is the most associated nutrient intake for stunting under five.

Keywords: Stunting; nutrient intake; toddler

Fulltext View|Download
Keywords: Stunting; Asupan Zat Gizi; Balita

Article Metrics:

  1. WHO (World Health Organization). WHA Global Nutrition Targets 2025 : Stunting Policy Brief. WHO. 2014
  2. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Stunting : Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Kementeri Kesehat Republik Indones. 2018;301(5):1163–78
  3. UNICEF. Improving Child Nutrition. Vol. 18, NCSL legisbrief. 2013. 1–2 p
  4. Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehat Republik Indones. 2018;1–100. Available
  5. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Balita Pendek. InfoDATIN. 2016;29(2):63–76
  6. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. 2019;
  7. Wellina WF, Kartasurya MI, Rahfiludin MZ. Faktor Risiko Stunting pada Anak Umur 12-24 Bulan. J Gizi Indones. 2017;5(1):55
  8. Yuniarti TS, Margawati A, Nuryanto N. Faktor Risiko Kejadian Stunting Anak Usia 1-2 Tahun Di Daerah Rob Kota Pekalongan. J Ris Gizi. 2019;7(2):83–90
  9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Studi Status Gizi Balita. Balitbangkes Kemenkes RI. 2020;(2020):40
  10. Hidayati L, Hadi H, Kumara A. Kekurangan Energi Dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang. J Kesehat. 2010;3(1):89–104
  11. Adelina FA, Widajanti L, Nugraheni SA. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Konsumsi Gizi, Status Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Balita Stunting (Studi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kabupaten Semarang). J Kesehat Masy. 2018;6(5):361–9
  12. Maulidah WB, Rohmawati N, Sulistiyani S. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Ilmu Gizi Indones. 2019;2(2):89
  13. Adani FY, Nindya TS. Perbedaan Asupan Energi , Protein , Zink , dan Perkembangan pada Balita Stunting dan non Stunting The Differences of Energy , Protein , Zinc Intake and Development to Stunting and non-Stunting Toddler. Amerta Nutr. 2017;1(2):46–51
  14. Azmy U, Mundiastuti L. Konsumsi Zat Gizi pada Balita Stunting dan Non- Stunting di Kabupaten Bangkalan Nutrients Consumption of Stunted and Non-Stunted Children in Bangkalan. Amerta Nutr. 2018;2(3):292–8
  15. Femidio M, Muniroh L. Perbedaan Pola Asuh dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Balita Stunting dan Non-Stunting di Wilayah Pesisir Kabupaten Probolinggo. Amerta Nutr. 2020;4(1):49–57
  16. Kristiani R, Mundiastuti L, Mahmudiono T. Perbedaan Kadar Zinc Rambut dan Asupan Makan pada Balita Stunting dan Non-Stunting di Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk Difference of Hair ’ s Zinc Level and Food Intake in Stunted and Non-Stunted Children at Wilangan Health Center , Nganjuk. Amerta Nutr. 2019;3(1):24–32
  17. Laili AN, Munawir A, Wahyuningtiyas F. Food Intake and Food Security as Determinants of Stunting Children Under Five Years. Heal Notions. 2018;2(1):25–32
  18. Damayanti RA, Muniroh L, Farapti. Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Stunting dan Non Stunting. Media Gizi Indones. 2016;11(1):61–9
  19. Rahayu A, Yulidasari F, Anggraini L, Rahman F, Laily N, Sari AR, et al. Energy and Protein Intake-Related Risks Affected the Occurrence of Stunting Among Young Children. In: Atlantis Press. 2020. p. 330–6
  20. Nabuasa CD, Juffrie M, Huriyati E. Riwayat Pola Asuh, Pola Makan, Asupan Zat Gizi Berhubungan dengan Stunting pada Anak 24–59 Bulan di Biboki Utara, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. J Gizi dan Diet Indones (Indonesian J Nutr Diet. 2016;1(3):151
  21. Rihi Leo A, Subagyo HW, Kartasurya MI. Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 2-5 Tahun Di Wilayah Gunung Dan Pesisir Pantai. J Gizi dan Pangan Soedirman. 2018;2(1):51
  22. Ramadhani FN, Kandarina BI, Gunawan IMA. Pola Asuh dan Pola Makan Sebagai Faktor Risiko Stunting Balita Usia 6-24 Bulan Suku Papua dan non- Papua. In: Berita Kedokteran Masyarakat. 2019. p. 175–83
  23. Nelly SD Situmeang, Etti Sudaryati, Jumirah. Correlation of Parenting and Nutrient Intake with Stunting in Children 24-59 Months. Britain Int Exact Sci J. 2020;2(1):280–5
  24. Satriani, Cahyati WH, Yuniastuti A. Disparity of Risk Factors Stunting on Toddlers in the Coast and the Mountain Areas of Sinjai, South Sulawesi. Public Heal Perspect J. 2019;4(3):196–205
  25. Ayuningtyas A, Simbolon D, Rizal A. Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro terhadap Kejadian Stunting pada Balita. J Kesehat. 2018;9(3):445
  26. Setiawan E, Machmud R, Masrul M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. J Kesehat Andalas. 2018;7(2):275
  27. Hendrayati, Asbar R. Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12 sampai 60 Bulan. Media Gizi Pangan. 2018;25(1):39–50
  28. Muchlis N. Hubungan Asupan Energy dan Protein dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Tamamaung. Progr Stud Ilmu Gizi FKM Univ Hasanuddin Makasar. 2011;1–8
  29. Gat-Yablonski G, Phillip M. Nutritionally-induced catch-up growth. Nutrients. 2015;7(1):517–51
  30. Derbyshiew E. Nutritional approaches to growth faltering. 2015;(108):33–5
  31. Aritonang EA, Margawati A, Dieny FF. Analisis Pengeluaran Pangan, Ketahanan Pangan, dan Asupan Zat Gizi Anak Bawah Dua Tahun (BADUTA) Sebagai Faktor Risiko Stunting. J Nutr Coll. 2020;9(1):71–80
  32. Siringoringo ET, Syauqy A, Panunggal B, Purwanti R, Widyastuti N. Karakteristik Keluarga dan Tingkat Kecukupan Asupan Zat Gizi Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada BADUTA. J Nutr Coll. 2020;9(1):54–62
  33. Syifa, Nuryanto. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-3 Tahun (Studi Di Desa Menduran Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan). J Nutr Coll. 2016;5(4):314–20
  34. Sundari E, Nuryanto N. Hubungan Asupan Protein, Seng, Zat Besi, Dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Z-Score Tb/U Pada Balita. J Nutr Coll. 2016;5(4):520–9
  35. Syabandini IP, Pradigdo SF, Suyatno, Pangestuti DR. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada AnaK Usia 6-24 Bulan di Daerah Nelayan. J Kesehat Masy. 2018;6(1):496–507
  36. Anindita P. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan Protein & Zinc dengan Stunting (Pendek) pada Balita Usia 6-35 Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. J Kesehat Masy. 2012;1(2):617–26
  37. Triana NY, Haniyah S. Relationship of Exclusive Breastfeeding, Complementary Feeding and Nutritional Intake with Stunting in Children in Karanglewas Health Center. In: Atlantis Press. 2020. p. 74–8
  38. Astutik, Rahfiludin MZ, Aruben R. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita Usia 24-59 Bulan (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus Ii Kabupaten Pati Tahun 2017). J Kesehat Masy. 2018;6(1):409–18
  39. Mahmudiono T, Sumarmi S, Rosenkranz RR. Household dietary diversity and child stunting in East Java, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr. 2017;26(2):317–25
  40. Lestari W, Margawati A, Rahfiludin MZ. Faktor Risiko Stunting pada Anak Umur 6-24 Bulan di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh. J Gizi Indones. 2014;3(1):37–45
  41. Roosita K, Sunarti E, Herawati T. Nutrient Intake and Stunting Prevalence among Tea Plantation Workers’ Children in Indonesia. J Dev Sustain Agric. 2010;5(1):131–5
  42. Agus K. Stunting Cause Factors in the Village of Traditional Bali. Int Res J Eng IT Sci Res. 2017;3(2):157–64
  43. Bertalina B, P.R A. Hubungan Asupan Gizi, Pemberian Asi Eksklusif, dan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi (Tb/U) Balita 6-59 Bulan. J Kesehat. 2018;9(1):117
  44. Rofles SR, Pinna K, Whitney E. Understanding Normal and Clinical Nutrition (8th Ed). 2006
  45. Tessema M, Gunaratna NS, Brouwer ID, Donato K, Cohen JL, McConnell M, et al. Associations among high-quality protein and energy intake, serum transthyretin, serum amino acids and linear growth of children in Ethiopia. Nutrients. 2018;10(11):1–17
  46. Bening S, Margawati A, Rosidi A. Zinc deficiency as risk factor for stunting among children aged 2-5 years. Universa Med. 2017;36(1):11
  47. Dewi EK, Nindya TS. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi Dan Seng Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan. Amerta Nutr. 2017;361–8
  48. Fatimah NSH, Wirjatmadi B. Tingkat Kecukupan Vitamin a, Seng Dan Zat Besi Serta Frekuensi Infeksi Pada Balita Stunting Dan Non Stunting. Media Gizi Indones. 2018;13(2):168
  49. Losong NHF, Adriani M. Perbedaan Kadar Hemoglobin, Asupan Zat Besi, dan Zinc pada Balita Stunting dan Non Stunting. Amerta Nutr. 2017;1(2):117
  50. Langi GKL, Harikedua VT, Purba RB, Janeke I. Asupan zat gizi dan tingkat pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 3-5 Tahun. Gizido. 2019;11(2):51–4
  51. Diana A, Mallard SR, Haszard JJ, Purnamasari DM, Nurulazmi I, Herliani PD, et al. Consumption of Fortified Infant Foods Reduces Dietary Diversity but has a Positive Effect on Subsequent Growth in Infants from Sumedang district, Indonesia. PLoS One. 2017;12(4):1–17
  52. Puristasari A, Fatimah SN. Iron Intake and Hemoglobin Levels in Stunting in Adolescent. Althea Med J. 2016;3(2):175–80
  53. Petry N, Olofin I, Boy E, Angel MD, Rohner F. The effect of low dose Iron and zinc intake on child micronutrient status and development during the first 1000 days of life: A systematic review and meta-analysis. Nutrients. 2016;8(12):1–22
  54. Berawi KN, Hidayati MN, Susianti, Perdami RRW, Susantiningsih T, Maskoen AM. Decreasing zinc levels in stunting toddlers in Lampung Province, Indonesia. Biomed Pharmacol J. 2019;12(1):239–43
  55. King JC. Zinc: An essential but elusive nutrient. Am J Clin Nutr. 2011;94(2):679–84
  56. Prendergast AJ, Humphrey JH. The stunting syndrome in developing countries. Paediatr Int Child Health. 2014;34(4):250–65

Last update:

  1. Determinants of Feeding Patterns with Stunting in Children in the Coastal Area of Bengkulu City

    Desri Suryani, Kusdalinah Kusdalinah, Arie Krisnasary, Demsa Simbolon, Wulan Angraini. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 10 (E), 2022. doi: 10.3889/oamjms.2022.9705

Last update: 2024-10-03 13:51:11

No citation recorded.