skip to main content

Sema No. 2 Tahun 2023: antara Kebebasan, Syariat, dan Pluralisme Hukum

11Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia

2Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Open Access Copyright (c) 2024 Notarius
Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Citation Format:
Abstract

ABSTRACT

Circular Letter of the Supreme Court (SEMA) No. 2 of 2023 clarifies regulations related to interfaith marriage in Indonesia. This article analyzes the SEMA from the perspective of human rights in Islam about interfaith marriage. It also explores whether the regulation is in line with the principles of human rights in Islam. Using a legislative approach, a conceptual approach, and a systematic interpretation as well as teleology, it was concluded that SEMA Number 2 of 2023 concerning interfaith marriage is a step that tries to solve social problems in Indonesia, which are multicultural and multireligious. From the perspective of Islamic human rights, the freedom to choose a spouse remains recognized, but is limited by sharia principles aimed at protecting religion and heredity.

Keywords: SEMA; Freedom; Islamic Law; Legal Pluralism

ABSTRAK

Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 2 Tahun 2023 memperjelas regulasi terkait perkawinan beda agama di Indonesia. Artikel ini menganalisis SEMA tersebut dalam perspektif hak asasi manusia, khususnya mengenai kebebasan untuk melakukan perkawinan dan kebebasan beragama dengan perspektif hukum Islam. Juga mengeksplorasi apakah regulasi tersebut selaras dengan prinsip-prinsip hak  asasi manusia dalam Islam. Menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konsep, serta penafsiran sistematis juga teleologi,  disimpulkan bahwa SEMA Nomor 2 Tahun 2023 tentang perkawinan beda agama adalah langkah yang mencoba untuk menyelesaikan persoalan sosial di Indonesia, yang multikultural dan multiagama. Dari perspektif hak asasi manusia Islam, kebebasan untuk memilih pasangan tetap diakui, tetapi dibatasi oleh prinsip-prinsip syariat yang bertujuan untuk melindungi agama dan keturunan.

Kata Kunci: SEMA; Kebebasan; Syariat; Pluralisme Hukum
Fulltext View|Download
Keywords: SEMA; Freedom; Islamic Law; Legal Pluralism

Article Metrics:

  1. Anggono, B.D. (2018). Tertib Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan Peraturan. Masalah-Masalah Hukum
  2. Aziz, M., & Islamy, A. (2022). Memahami Pencatatan Perkawinan Di Indonesia Dalam Paradigma Hukum Islam Kontemporer. Islamitsch Familierecht Journal
  3. Cahaya, N. (2018). Perkawinan Beda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Hukum Islam, 152
  4. Djulaeka, & Rahayu, D. (2020). Buku Ajar: Metode Penelitian Hukum. Surabaya: Scopindo Media Pustaka
  5. Elisa, Righayatsyah, E., & Muhyi, A.A. (2024). Bulletin of Islamic Research
  6. Fasil, M.R., Sudur, I.M., Suardi, A.R., Pamungkas, S., & Meilinda, F.P. (2023). Kedudukan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA). USRAH: Jurnal Hukum Keluarga Islam. DOI: https://doi.org/10.46773/usrah.v4i2.791
  7. Fenecia, E., Agustini, S., & Fitri, W. (2024). Kepastian Hukum Sema Nomor 2 Tahun 2023 terhadap Pencatatan Perkawinan Antar-Agama dalam Bingkai Kebhinnekaan Indonesia. PAMALI: Pattimura Magister Law Review. DOI: 10.47268/pamali.v4i2.2192
  8. Harijanti, S. D., Yoppy, M., & Susanto, M. (2022). Aktualisasi Dasar-Dasar Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Bandung: Unpad Press
  9. Indrayanti, K.W., Saraswati, A.A., & Putra, E. N. (2024). Questioning Human Rights, Looking for Justice: Analyzing the Impact of Supreme Court Circular Letter on Interfaith Marriages in Indonesia. Journal of Indonesian Legal Studies. DOI: https://doi.org/10.15294/jils.vol9i1.4634
  10. Karimullah, S.S. (2023). Humanity and Justice: Exploring Human Rights in. TAJDID. DOI: https://doi.org/10.36667/tajdid.v30i1.1497
  11. Musolli. (2018). Maqasid Syariah: Kajian Teoritif Dan Aplikatif Pada isu-Isu Kontemporer. At-Turāṡ. DOI: https://doi.org/10.33650/at-turas.v5i1.324
  12. Prianto, W. (2024). Analisis Hierarki Perundang-Undangan Berdasarkan Teori Norma Hukum oleh Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Jisdik: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan. https://jurnal.unusultra.ac.id/index.php
  13. Purba, N., Mukidi, & Hayaty, S. R. (2022). Teori Peraturan Perundang-Undangan. Banten: CV. AA. Rizky
  14. Purnomo, G.E., & Irawan, A.D. (2024). Kedudukan Hukum Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2023 Terhadap Prinsip Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara. Media of Law and Sharia. DOI: https://doi.org/10.18196/mls.v5i3.111
  15. Quthny, A. Y., Muzakki, A., & Zainuddin. (2022). Pencatatan Pernikahan Perspektif Hukum Islam. Asy-Syari`ah: Jurnal Hukum Islam. . https://ejournal.inzah.ac.id/index.php/assyariah/article/view/765
  16. Rokilah. (2020). The Role of the Regulations in Indonesia State System. AJUDIKASI: Jurnal Ilmu Hukum. DOI: https://doi.org/10.30656/ajudikasi.v4i1.2216
  17. SEMA Nomor 2 Tahun 2023 tentang Petunjuk bagi Hakim dalam Mengadili Perkara Permohonan Pencatatan Perkawinan Antar-Umat yang Berbeda Agama dan Kepercayaan
  18. Sugitanata, A. (2021). Penalaran Istislah dalam Pencatatan Perkawinan. Jurnal Hukum Islam. https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php
  19. Supraptono, Mursyid, & Ridwan, M. (2022). Pemikiran Islam Terhadap Maqashid Al-Syariah Dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Riset Indragiri. https://ejurnalriset.com/index.php
  20. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
  21. Undang-Undang Nomor 239 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
  22. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2025-01-05 13:57:13

No citation recorded.