Departemen Anestesiologi dan terapi Intensif; Fakultas Kedokteran; Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi; Semarang, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JAI22328, author = {Anindito Nugroho and Johan Arifin and Hari Satoto}, title = {Pemeriksan Kultur Sekret sebagai Penunjang Diagnosis untuk Mengetahui Kejadian Ventilator Associated Pneumonia pada Pasien Pasca Pembedahan di Intensive Care Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang}, journal = {JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)}, volume = {10}, number = {2}, year = {2018}, keywords = {CPIS; ETT; kultur sekret; VAP}, abstract = { Latar belakang: Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah intubasi endotrakeal dan ditandai dengan infiltrat progresif atau yang baru terjadi, infeksi sistemik (demam, perubahan jumlah leukosit), perubahan sputum, dan ditemukan penyebabnya. VAP merupakan infeksi nosokomial paling sering pada pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Kejadian VAP merupakan separuh kasus pneumonia yang didapatkan di rumah sakit. Tujuan: Menentukan kejadian VAP pada pasien pasca pembedahan di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan pemeriksaan kultur sekret sebagai penunjang diagnosis, selama 12-16 minggu. Metode: Penelitian ini dirancang sebagai penelitian observasional deskriptif terhadap semua pasien pasca pembedahan yang dirawat di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang, menggunakan ventilator mekanik selama 48 jam atau lebih, dan memenuhi kriteria inklusi dan berlangsung dalam waktu 12-16 minggu. Pasien yang dilakukan pembedahan dinilai skoring CPIS, dikirim ke ICU, kemudian diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT , kemudian hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Setelah pasien tersebut terpasang mesin ventilator selama 48 jam, dinilai skoring CPIS, kemudian pasien kembali diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT , hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Tentukan VAP atau bukan. Hasil penelitian: Didapatkan 16 pasien dengan usia 20-30 tahun sebanyak 1 pasien (6,25%), usia 31-40 tahun sebanyak 2 pasien (12,5%), usia 41-50 tahun sebanyak 5 pasien (31,25%), usia 51-60 tahun sebanyak 8 pasien (50%) dengan pertumbuhan kuman. Hal tersebut dikuatkan dengan skor CPIS > 6. 16 pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 pasien (56,25%), dan perempuan sebanyak 7 pasien (43,75%). Simpulan: Pemeriksaan kultur sekret merupakan pemeriksaan penunjang diagnosis yang akurat pada penegakan diagnosis VAP, dan untuk mengetahui jenis kuman yang berkembang, sehingga dapat dilakukan pengobatan secara tepat. }, issn = {2089-970X}, pages = {93--107} doi = {10.14710/jai.v10i2.22328}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/22328} }
Refworks Citation Data :
Latar belakang: Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah intubasi endotrakeal dan ditandai dengan infiltrat progresif atau yang baru terjadi, infeksi sistemik (demam, perubahan jumlah leukosit), perubahan sputum, dan ditemukan penyebabnya. VAP merupakan infeksi nosokomial paling sering pada pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Kejadian VAP merupakan separuh kasus pneumonia yang didapatkan di rumah sakit.
Tujuan: Menentukan kejadian VAP pada pasien pasca pembedahan di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan pemeriksaan kultur sekret sebagai penunjang diagnosis, selama 12-16 minggu.
Metode: Penelitian ini dirancang sebagai penelitian observasional deskriptif terhadap semua pasien pasca pembedahan yang dirawat di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang, menggunakan ventilator mekanik selama 48 jam atau lebih, dan memenuhi kriteria inklusi dan berlangsung dalam waktu 12-16 minggu. Pasien yang dilakukan pembedahan dinilai skoring CPIS, dikirim ke ICU, kemudian diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT, kemudian hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Setelah pasien tersebut terpasang mesin ventilator selama 48 jam, dinilai skoring CPIS, kemudian pasien kembali diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT, hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Tentukan VAP atau bukan.
Hasil penelitian: Didapatkan 16 pasien dengan usia 20-30 tahun sebanyak 1 pasien (6,25%), usia 31-40 tahun sebanyak 2 pasien (12,5%), usia 41-50 tahun sebanyak 5 pasien (31,25%), usia 51-60 tahun sebanyak 8 pasien (50%) dengan pertumbuhan kuman. Hal tersebut dikuatkan dengan skor CPIS > 6. 16 pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 pasien (56,25%), dan perempuan sebanyak 7 pasien (43,75%).
Simpulan: Pemeriksaan kultur sekret merupakan pemeriksaan penunjang diagnosis yang akurat pada penegakan diagnosis VAP, dan untuk mengetahui jenis kuman yang berkembang, sehingga dapat dilakukan pengobatan secara tepat.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-12-19 11:00:24
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University as publisher of the journal. Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here:[Copyright Transfer Form JAI]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document:
Mochamat (Editor-in-Chief)
Editorial Office of JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University/ Dr. Kariadi General Hospital Medical Center (RSUP Dr. Kariadi)
Jl. Dr. Soetomo No. 16 Semarang, Central Java, Indonesia, 50231
Telp. : (024) 8444346
Email : janestesiologi@gmail.com
View My Stats
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License