skip to main content

City in Dragon Circle: Study of the History of Pagoda and Its Deployment in Manado, 1819 - 2018

*Ivan Robert Bernadus Kaunang  -  Universitas Sam Ratulangi, Indonesia
Open Access Copyright (c) 2020 Jurnal Sejarah Citra Lekha under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

This study discusses the history of the pagoda formation and its distribution along with the presence of Chinese existence in Manado. This study also discusses the factors and the impact of the pagoda in Manado. The first pagoda in Manado was beginning to exist in 1819, and in a fairly long period until 2018, the development and distribution were very slow despite the presence of Chinese in this area since the 17th century. This study was carried out using historical methods and analysis. The data obtained were processed using a qualitative descriptive approach. The results of the study show that the presence of the pagoda together with the initial settlement of Chinese people brought by the Dutch VOC was aimed to build the fort of Fort Amsterdam. Although it impressed by the slow erection and distribution of pagodas in Manado, the causal factors and the impact are interesting in relation to interfaith, interethnic relations, urban expansion, religious space contestation, opening wider economic access and become tourism destinations.

Fulltext View|Download
Keywords: Urban History; Dragon Circle; History of Pagoda; Pagoda Distributing.
Funding: Universitas Sam Ratulangi

Article Metrics:

  1. “Pasiar Tapikong (Tjap Go Meh).” Fikiran, No. 9, 5 Maret 1927
  2. “Sekelumit Riwayat Klenteng Ban Hin Kiong di Menado.” Majalah Liberty, No. 874. 6 Juni 1970: 19-22
  3. Brouwer. M. (1936). Bestuurstelsel en Bestuur-vormen in de Minahasa. Harlem: H. Voenman & Zonen-Wageningen
  4. de Graaf, S. (1918). Encyclopaedia van Nederlandsch Indie, Deel II. Leiden: Martinus Nijhoff S’Gravenhage
  5. Gara, N. and Pasiakh, T. (2009). Agama-Agama Pemanasan Global dan World Conference. Sulut: FKUB
  6. Goni, Jhon Hein. (1985). “Studi Perkawinan Campuran pada Masyarakat Cina di Manado.” Ph.D. Dissertation at Universitas Gadjah Mada
  7. Gunawan, H. (2013). Yok Chae dan Chung Hwa: Menelusuri Jejak-jejak Komunitas Tionghoa di Manado. Yogyakarta: Kanisius
  8. Herwiratno. M. (2007). “Kelenteng: Benteng Terakhir dan Titik Awal Perkembangan Kebudayaan Tionghoa di Indonesia.” Jurnal Lingua Cultura, Vol.1 (1): 78-86
  9. https://www.tionghoa.info/klenteng/, retrieved 19 Oktober 2018)
  10. Kaunang, I. R. B. (2017). “Sejarah Keragaman dan Keberagamaan di Kota Manado”, S. Margana, A. Faisol, A. Handayani (Ed.). Pluralisme dan Identitas, Pengalaman dan Pandangan Berkebangsaan. Yogyakarta: Ombak
  11. Kaunang, I. R. B., Haliadi., L. O. Rabani. 2016. Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi. Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  12. Kaunang, Ivan R. B. (2002). “Kampung Cina di Manado.” Harian Komentar, Manado: 11 Februari. hlm 7
  13. Leirissa, R. Z. (1985). Terwujudnya Satu Gagasan: Sejarah Masyarakat Indonesia, 1900– 1950. Jakarta: Akademika Pressindo
  14. Makelo, I. D. (2010). Kota Seribu Gereja: Dinamika Keagamaan dan Penggunaan Ruang di Kota Manado. Yogyakarta: Ombak
  15. Manoppo-Watupongoh, Y. J. (1983). “Bahasa Melayu Surat Kabar di Minahasa pada Abad ke-19.” Ph.D. Dissertation at Universitas Indonesia
  16. Molsbergen, E. C. G. (1928). Geschiedennis van de Minahasa tot 1879. Lamdsdruikerij-Weltevreden
  17. Salmon, C. l. and Lombard, D. (1985). Klenteng-Klenteng Masyarakat Tionghoa di Jakarta Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka
  18. Soeryadinata, L. (1984). Dilema Komunitas Tionghoa. Jakarta: Grafitty Press
  19. Soeryadinata, Leo. (1988.) Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  20. Staatsblad, 24 Juni 1824
  21. Tjioe (1970). “Hok Tik Tjing Sin atau Pepunden Pemelihara Dharma Selamat.” Tjahaja Tri-Dharma No. 10 Tahun ke-I
  22. Toar. D. (1978). “Orang Cina di Manado.” Tesis Department of History Universitas Sam Ratulangi
  23. Tong-Pao, No. 1. Tahun 1. 10 November 1927
  24. Wulanningrum, S. D. (2018). “Makna Ragam Hias pada Fasad Bangunan (Studi Kasus: Kelenteng Ban Hin Kiong, Manado).” Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni, Vol. 2 (2): 563-574
  25. Yong, Oey Pek. (1957). Berdirinya Rumah Toapekong, Kongteksoe dan Tjeng Beng serta Riwajat Tangsien (Tangtjkie dan Perkumpulan Hap Tan dengan Urusan Sembahjang jang ada Terikat Dalamnya, serta Adanya Perkumpulan Sam Kauw Hwee di Manado. Manado: Pertjetakan Menado
  26. Yosadhi, S. (2005). “Sekilas tentang Perkem-bangan Agama Khonghucu di Manado dan sekitarnya”. Kenangan Perayaan Hari Lahir Nabi Khonghucu 2556. Surabaya: Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN): 26-48
  27. Yusuf, I. A. (2005). Media Kematian dan Identitas Budaya Tionghoa. Jakarta: UII Press

Last update:

  1. Bamboo and Sustainable Construction

    Victor Almeida De Araujo, Letícia Rubio Colauto, Leticia Gabriele Crespilho Abel, Fábio Silva do Rosário, Juliano Souza Vasconcelos, Elen Aparecida Martines Morales, Juliana Cortez Barbosa, Maristela Gava, André Luis Christoforo. Environmental Footprints and Eco-design of Products and Processes, 2023. doi: 10.1007/978-981-99-0232-3_2

Last update: 2024-04-19 07:26:34

No citation recorded.