skip to main content

Di Bawah Bayang-Bayang Kota: Penataan Daerah di Provinsi Banten dari Zaman Kolonial sampai Zaman Reformasi

*Radjimo Sastro Wijono  -  , Indonesia
Open Access Copyright (c) 2017 Jurnal Sejarah Citra Lekha under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract
Artikel ini membahas reformasi wilayah yang berlangsung di provinsi termuda di Indonesia yaitu Banten sejak zaman penjajahan Belanda sampai masa reformasi. Reformasi wilayah yang terjadi di daerah ini sangat menarik untuk dipelajari. Situasi politik-ekonomi merupakan faktor utama terjadinya reformasi wilayah di Banten. Dengan menggunakan metode sejarah, perubahan pengaturan wilayah Banten diketahui telah terjadi beberapa kali sejak masa penguasa tradisional (kesultanan) yang dilumpuhkan oleh pemerintah kolonial pada abad ke-19 hingga masa reformasi. Pada masa kolonial, Gubernur Jenderal Daendles mereformasi wilayah Banten menjadi tiga kabupaten yaitu Banten Hulu, Banten Hilir, dan Anyer. Sementara itu, pada masa kolonial Inggris wilayah Banten dibagi menjadi empat kabupaten yaitu Banten Lor, Banten Kulon, Banten Tengah, dan Banten Kidul. Perubahan kebijakan reformasi teritorial itu tentu saja membawa dampak dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Regulasi penataan wilayah di Banten tidak hanya dipengaruhi oleh bayang-bayang situasi politik dan ekonomi dari Jakarta dan Bandung, tetapi juga berdasar pada aspek ekologis serta kepentingan umum masyarakat yang multikultur.
Fulltext View|Download
Keywords: Penataan Wilayah; Perubahan Sosial; Banten dalam Lintasan Orde

Article Metrics:

  1. ADB. (1999). Asian Development Bank Outlook 1999. Oxford: Oxford University Press
  2. Azra, Azyumardi (2002). Hitoriografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan Aktor Sejarah. Jakarta: Gramedia
  3. Badan Pusat Statistik. (2005). Banten dalam Angka 2005. Serang: BPS
  4. Cartesao, Armando (1944). The Suma Oreintal of Pires, Jilid 2. London: The Hakluyt Society, dalam “Banten Sebelum Islam” Ayatrohaedi dalam Sri Sutjianingsih (ed.). Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
  5. Chaniago, A. Andirnof (2003). Gagalnya Pembangunan: Kajian Ekonomi Politik terhadap Akar Krisis Indonesia. Jakarta: LP3ES
  6. Djajadiningrat, Hoesein (1983). Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten. Jakarta: Djambatan dan KITLV
  7. Djiwandono, J. Soedradjat (2000). “Bank Indonesia and the Recent Crisis”, Bulletin of Indonesia Economic Studies, Vol. 36 (1)
  8. Guillot, Claude et.al. (1994). Banten Sebelum Zaman Islam: Kajian Arkeologi di Banten Girang 932 (?) – 1526. Yogyakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Ecole Francaise d’Extreme-Orient
  9. Hill, Hall (2000). The Economy in Crisis - Causes, Consequences and Lessons. Singapura: ISEAS
  10. Jackson, Karl D. (1999). “Introduction: The Roots of the Crisis, dalam Karl D Jackson (ed.). Asian Contagion: The Causes and Consequences of a Financial Crisis. Colorado: Westview Press
  11. Kahin, George McTurnan (1995). Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia (penerjemah Nin Bakdi Soemanto). Solo: UNS Press dan Sinar Harapan
  12. Kartodirdjo, Sartono (1984). Pemberontakan Petani Banten 1888. Jakarta: Pustaka Jaya
  13. Kompas, 11 Februari 2000
  14. Kompas, 13 September 2000
  15. Kompas, 2 Agustus 1999
  16. Kompas, 21 Februari 2000
  17. Kompas, 21 Maret 2000
  18. Kompas, 22 Februari 2000
  19. Kompas, 23 Februari 2000
  20. Kompas, 27 Januari 2000
  21. Kompas, 27 Maret 2000
  22. Kompas, 3 Februari 2000
  23. Kompas, 3 Maret 2000
  24. Kompas, 4 Februari 2000
  25. Kompas, 5 Juli 1999
  26. Kompas, 7 April 2000
  27. Kompas, 7 Agustus 1999
  28. Kompas, 9 Februari 2000
  29. Kompas, 9 Maret 2000
  30. Kurosawa, Aiko (1993). Mobilisasi dan Kontrol. Jakarta: Grasindo
  31. Lapian, A. B. (2004). “Banten”. Naskah Laporan (tidak diterbitkan)
  32. Lapian, A. B. (1992). “Sejarah Nusantara Sejarah Bahari”. Pidato Pengukuhan Guru Besar Luar Biasa FSUI
  33. Lubis, Nina H. (2003a). Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara. Jakarta: LP3ES
  34. Lubis, Nina H. (2003b). Sejarah Kota-Kota di Jawa Barat. Bandung: Alqoprint
  35. Michrob, H. & Chudori, A. M. (1993). Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten; Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai dengan XX. Jakarta: Yayasan Baluwati
  36. Nakamura, Mitsuo (1988). Jenderal Imamura dan Periode Awal Pendudukan Jepang. Jakarta: YOI
  37. Oppenheimer, Stephen (2001). Eden in the East: The Drowned Continent of Southeast Asia. Phoenix: paperback
  38. Radar Banten, 2, 5, 8, 18 Mei 2007
  39. Roesjani, Tb. (1954). Sedjarah Banten. Jakarta: Arief
  40. Semah, F et.al. (1990). Mereka Menemukan Pulau Jawa. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Museum National d’Histoire Naturelle
  41. Setia, Bambang Budi (2002). ”Masjid Agung Banten: Bukti Kejayaan Kesultanan Banten”, Kompas, 2 Juni 2002
  42. Soeara Merdeka, 9 Oktober 1945
  43. Syafrudin, Ateng, et.al. (1993). Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung: Pemda Tingkat I Jawa Barat
  44. Thee Khian Wie (2004). Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru: Esai-esai. Jakarta: Kompas & Freedom Institute
  45. Tim Penyusun (2003). Sistem Informasi dan Dokumentasi Penataan Ruang Wilayah Tengah Buku Profil Penataan Ruang Propinsi Banten. Jakarta: Depkimpraswil
  46. Tim Penyusun Subdin Kebudayaan (2003). Profil Seni Budaya Banten. Serang: Dinas Pendidikan Provinsi Banten
  47. Tjandrasasmita, Uka (2000). Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia dari Abad XIII sampai XVIII Masehi. Kudus: Menara Kudus
  48. Utomo, Djoko (1997). “Banten dalam Sumber Arsip: Suatu Pengamatan Awal,” dalam Sri Sutjianingsih (ed.). Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
  49. Wertheim, W. F. (1958) The Indonesian Town Studies in Urban Sociology. The Haque: W. van Hoeve Ltd
  50. Wignjosoebroto, Soetandyo (2004). Desentrali-sasi dalam Tata Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda: Kebijakan dan upaya sepanjang babak akhir kekuasaan kolonial di Indonesia (1900-1940). Malang: Bayumedia
  51. Wijono, Radjimo S. & Tandiono, Bawor P. (2004). Bermain Kayu Pembangunan: Potret Kotor Industrialisasi di Jawa. Semarang: LBH Semarang, Mesias Fokalis
  52. https://www.bantenprov.go.id/, diakses pada 24 Januari 2007
  53. Wawancara
  54. KH. Encep Badruzzaman Raffly, tokoh masyarakat Pandeglang, 20 Mei 2007
  55. Tohir (83 tahun), pelaku sejarah, 2 Mei 2005

Last update:

  1. Akar Historis Formalisasi Hukum Islam di Nusantara

    S. Sarkowi, Agus Susilo. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 5 (1), 2020. doi: 10.14710/jscl.v5i1.21697
  2. The hydrogeological mapping of the southwestern part of Serang Regency, Banten, Indonesia

    Ahmad Cahyadi, Romza Fauzan Agniy, Nurul Khakhim, Setyawan Purnama, Igor Yoga Bachtiar, Wikan Jaya Prihartanto, A. Cardenas Tristan, J. Tetuko Sri Sumantyo, E. Haryono, R. Fitria Putri, D. Rahmawati Hizbaro, E. Wulanmei. E3S Web of Conferences, 76 , 2019. doi: 10.1051/e3sconf/20197602006

Last update: 2024-04-20 12:45:56

No citation recorded.