skip to main content

Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik Indonesia, 1950an-2010an: Romo Semono Sastrodihardjo dan Aliran Kapribaden

*Aryono Aryono  -  Majalah Historia, Indonesia
Open Access Copyright (c) 2018 Jurnal Sejarah Citra Lekha under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

This article discusses about the efforts of creeds religion flourished to maintain their existence since the 1950s until the late 2010’s in Indonesia. Using historical method, this article found the interesting facts about the struggle of creeds religion in political stage of Indonesia. In 1953, for example, the Ministry of Religion Affairs noted that there were 360 groups protected by the government according on the Constitutional Law 1945 Article 29. After the tragedy of 1965, migration of members to the religions took place. When Soeharto became president, these groups was allowed to flourish. However, they got discrimination and always being watched. The new hope was arose in 2006, when the government issued Law No. 23/2006 about Population Administration, although it still requires to fill the religious column in national identity card (KTP). In the end 2017, the Constitutional Court issued a fatwa related to the status of religious column in KTP of the creeds religion. This condition also encompassed to Aliran Kapribaden’s Romo Semono Sastrodiharjo in Purworejo, Central Java. This discrimination must be terminated, in the name of unity in diversity.

Fulltext View|Download
Keywords: Penghayat Kepercayaan, Diskriminasi, Layanan Publik

Article Metrics:

  1. Arsip Menteri Agama Nomor B VI/5996/1980
  2. Balitbang DGI Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. DR. Olaf Herbert Schumann. (2003). “Agama dalam Dialog: Pencerahan, Pendamaian, dan Masa Depan. Punjung Tulis 60 tahun Prof. DR. Olaf Herbert Schumann”. Jakarta: Gunung Mulia
  3. Van Bruinessen, M. (1994). NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru. Yogyakarta: LkiS
  4. Cahyono, H. (1992). Peranan Ulama dalam Golkar 1971-1980: dari Pemilu sampai Malari. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
  5. CSIS. (1973). Analisa Sidang Umum MPR-RI 1973. Jakarta: CSIS
  6. Gaus, Ahmad A. F. (2009). Sang Pelintas Batas: Biografi Djohan Effendi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  7. Gottschalk, L. (1983). Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: BP UI
  8. Heuken, A. (2005). Ensiklopedi Gereja: K-KI. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka
  9. Maskan (2002). Tokoh Wongsonegoro. Jakarta: Proyek Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Tradisi dan Kepercayaan, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya, Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
  10. Mulder, N. (1984). Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa: Kelangsungan dan Perubahan Kulturil. Jakarta: Gramedia
  11. Minggu Pagi, 16 Mei 1967
  12. Pandji Masyarakat, April 1967
  13. Panji Masyarakat, 1 April 1978
  14. Permadi, K. (1996). Mengenal dan Mendalami Budaya Spiritual. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME
  15. Sihombing, U. P. dkk. (2008). Menggugat Bakor Pakem: Kajian Hukum Terhadap Pengawasan Agama dan Kepercayaan di Indonesia. Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC)
  16. Sou’yb, J. (1988). Aliran Kebatinan (Mistik) dan Perkembangannya. Jakarta: Rimbow
  17. Subroto, Hendro. (2009). Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  18. Sufyan, F. H. (2014). Sang Penjaga Tauhid: Studi Protes Tirani Kekuasaan 1982-1985. Yogyakarta: Deepublish
  19. Suparlan, P. dkk. (1983). Berbagai Kepercayaan di Indonesia (Suatu Studi Pendahuluan). Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen P dan K
  20. Sutarto, A. (2007). “Becoming a True Javanese: A Javanese view of attempts at Javanisation,” Indonesia and the Malay World Vol. 34, No. 1
  21. Thaher, E. P. (2009). Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  22. Tim Buku Tempo (2016). Seri Tempo: Wahid Hasyim (Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan). Jakarta: KPG
  23. Widodo (2002). “Dari Perdukunan Herucakra Hingga Paguyuban Penghayat Kapribaden (Studi tentang Perkembangan Sebuah Aliran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Purworejo Tahun 1958-1994)”. Skripsi pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang
  24. http://www.kapribaden.org/, diakses 2 Februari 2018
  25. Wawancara
  26. Subagiyo, Ketua Penghayat Kapribaden cabang Purworejo
  27. Endang Retno Lastani, Sekjen Dewan Musyawaran Pusat MLKI
  28. Suprih Suhartono, Ketua umum organisasi penghayat kepercayaan Kapribaden

Last update:

  1. The Politics of Intolerant Laws against Adherents of Indigenous Beliefs or Aliran Kepercayaan in Indonesia

    Victor Imanuel W. Nalle. Asian Journal of Law and Society, 8 (3), 2021. doi: 10.1017/als.2020.54
  2. The Traditional Spiritual Culture Promotion Policy under the Suharto Administration: A Study of the Government Publications on “Beliefs in One Supreme God” in the 1980s

    Muneo TAKAHASHI. Southeast Asia: History and Culture, 2021 (50), 2021. doi: 10.5512/sea.2021.50_64

Last update: 2024-11-21 12:22:14

No citation recorded.