skip to main content

Pengembangan Motif Batik Semarang untuk Penguatan Identitas Budaya Semarang

*Titiek Suliyati scopus  -  Departemen Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia
Dewi Yuliati  -  Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia
Open Access Copyright (c) 2019 Jurnal Sejarah Citra Lekha under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract
At the beginning of its development, Semarang Batik motifs did not reflect the special character of batik that developed in other regions. At that time, Semarang Batik tended to show coastal motifs and many were influenced by the Dutch and Chinese.This article highlights the development of Semarang Batik which helped shape the identity of the city of Semarang, moreover with the acknowledgement of UNESCO in 2006 which also had an impact on the development of batik motifs in each region, including Semarang. The contemporer Semarang Batik motifs are in the form of city and cultural icons, such as Tugu Muda, Blenduk Church, Marabunta Building, Blekok Srondol, Wewe Gombel, Warak Ngendok, and even food motifs such as Lumpia, Tahu Gimbal, and so on. Historical method was used in this study, includingheuristics (source collection), criticism, interpretation, and writing facts. The results of this study can be concluded that, the present Semarang batik motif developing metamorphosis from traditional motifs to contemporary ones with more varied innovations.
Fulltext View|Download
Keywords: Batik Semarang; Cultural Identity; Development Efforts.

Article Metrics:

  1. Anas, Biranul (1997). Indonesia Indah “Batik” Buku ke-8. Jakarta: Yayasan Harapan Kita, BP3 Taman Mini Indonesia Indah
  2. Asikin, Saroni (2007), Ungkapan Batik Di Semarang: Motif Batik Semarang. Semarang: Citra Prima Nusantara
  3. Ayatrohaedi (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya
  4. Biranul A. (1997). Indonesia Indah seri Batik. Jakarta : Yayasan Harapan Kita
  5. Brommer, dkk. (1995). Semarang Beeld van Een Stad. Plumerend: Asia Maior
  6. Budiman, A. (1978). Semarang riwayatmu Dulu. Semarang: Penerbit Tanjung Sari
  7. Doellah, H. Santosa (2002). Batik : Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Surakarta: Danar Hadi
  8. Goottschalk, Louis (1975). Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia
  9. Gottschalk, Louis (1958). Understanding History. A Primer of Historical Method. New York: Alfred A.Knoft
  10. Hasanudin (2001). Batik Pesisiran: Melacak Pengarus Etos Dagang SantriPada Ragam Hias Batik. Bandung: Kiblat Buku Utama
  11. Hastangka (2013). “Ontologi Batik: Melacak Dimensi Metafisis Batik Klasik Jawa”. Jurnal Filsafat, Vol. 23 (3): 199-214
  12. Heringa, R. dan Harmen C. Veldhuisen (1997). Batik From the North Coast of Java. Los Angeles: Los Angeles County Museum of Art
  13. Kusrianto, Adi (2013). Batik Filosofi, Motif & Kegunaan. Yogyakarta: CV Andi Offset
  14. Lee Chor Lin (2007) Batik: Creating an Identity. Singapura: National Museum of Singapore
  15. Liliweri, Alo (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS
  16. Maxwell, R. (2003). Textiles of Southest Asia: Tradition, Trade, and Transformation. Canberra: National Gallery
  17. Maziyah, S. (2007). “Korelasi Antara Proses Produksi Batik Dengan Pemberdayaan Perempuan”. Citra Lekha, Vol. 11 (1): 11-21
  18. Museum Jawa Tengah Ronggowarsito (2004). Gaya Ragam Hias Batik: Tinjauan Makna dan Simbol. Semarang: Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
  19. Riyanto, Didik (1995). Proses Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Printing. Solo: Aneka Solo
  20. Roojen, Pepin van (2001). Batik Design. Amsterdam: The Pepin Press
  21. Sewan, Susanto (1973). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian
  22. Soedarso (1998). Tinjauan Seni: Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Suku Dayar Sana
  23. Soekirno (1956). Semarang. Semarang: Djawatan Penerang Kota Besar Semarang
  24. Soerjanto (1982). Sejarah Perkembangan Batik. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik
  25. Soeroto, Soeri (1983). “Sejarah Kerajinan Indonesia”. Prisma, No.8
  26. Sularso (2009). 60 Tahun Gabungan Koperasi Batik Indonesia. Jakarta: Koperasi Pusat
  27. Toetti (2002). “Uraian Singkat Motif Batik Garis Miring” dalam Batik Hias Parang dan Lereng, PPBI Sekar Jagad, Yogyakarta
  28. Wahono (2004). Gaya Ragam Hias Batik: Tinjauan Makna dan Symbol. Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
  29. Yuliati, Dewi (2009). Mengungkap Sejarah dan Motif Batik Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Press
  30. Yuliati, Dewi (2010). “Mengungkap Sejarah dan Motif Batik Semarangan”. Paramita: Journal of Historcal Studies, Vol. 20 (1): 11-20

Last update:

  1. Pigment extraction from shallot peel as natural dyes for Semarang typical batik manufacture

    Siti Susanti, Siti Fatimah Pradigdo, Fahmi Arifan, Yoga Pratama, Aldia Katherinatama. THE 1ST INTERNATIONAL CONFERENCE ON APPLIED SCIENCE AND TECHNOLOGY FOR COMMUNITY SERVICE (ICASTCS): Establishing Connection Between Science, Technology, and Society to Encourage a Better Future in the Post-Pandemic Era, 2722 , 2023. doi: 10.1063/5.0142860

Last update: 2024-03-27 07:25:35

No citation recorded.