1Staf Medis Kamar Bedah; RSK St. Vincentius a Paulo; Surabaya, Indonesia
2Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif; Fakultas Kedokteran; Universitas Airlangga; Surabaya, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JAI22947, author = {A.K Sutrisno Putro and Prananda Airlangga and Eddy Rahardjo}, title = {Tantangan Kompleksitas Manajemen Cedera Ledakan Bom: Pengalaman Dari Rumah Sakit Swasta Tipe B Surabaya}, journal = {JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)}, volume = {11}, number = {3}, year = {2019}, keywords = {cedera inhalasi; formula Baxter; luka bakar; trauma ledakan bom; trauma thermal}, abstract = { Latar Belakang: Di seluruh dunia, kasus pengeboman meningkat dan seringkali dipakai sebagai metode terorisme. Ledakan adalah penyebab paling umum jatuhnya korban. Minggu, 13 Mei 2018, tiga buah bom meledakkan tiga gereja di Surabaya. Dilaporkan ada 43 korban dan telah mengakibatkan 13 orang tewas saat itu juga. Kasus: Terdapat 3 kasus dilaporkan sebagai korban ledakan bom. Kesemuanya kasus dengan luas luka bakar lebih dari 50%. Kasus pertama dan ketiga disertai trauma inhalasi sehingga perlu intubasi dan ventilator. Ketiga kasus diresusitasi dengan formula Baxter dan segera mendapatkan tindakan debridement luka bakar. Pada kasus pertama dan ketiga ditemukan debris logam pada bagian tubuh pasien. Kasus pertama pasien meninggal 20 jam pasca ledakan. Kasus kedua dan ketiga tetap bertahan setelah menjalani perawatan di intensive care unit (ICU) masing-masing selama 10 dan 29 hari. Pembahasan: Trauma ledakan bom mempunyai 4 tahapan efek, yaitu primary (efek langsung tekanan), secondary (efek proyektil ledakan), tertiary ( structure collapse dan terlemparnya korban), dan quarternary (luka bakar, trauma inhalasi, eksaserbasi penyakit kronis). Penanganan pasien luka bakar akibat cedera high order explosive pada hakekatnya sama dengan penanganan pasien luka bakar umumnya, berdasarkan tahapan primary dan secondary survey . Berdasar riwayat, penilaian awal dan penampakan klinis diduga ada trauma thermal jalan napas atas, proteksi jalan napas dengan intubasi segera dilakukan. Manajemen cairan kasus luka bakar untuk mempertahankan perfusi jaringan fase awal burn shock . Kesimpulan: Korban cedera ledakan seringkali menunjukkan kombinasi 4 jenis trauma (ledakan, tumpul, tembus dan thermal ). Dengan mengenali gambaran unik cedera ledakan, dokter akan lebih baik dan cepat menangani korban. }, issn = {2089-970X}, pages = {127--135} doi = {10.14710/jai.v11i3.22947}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/22947} }
Refworks Citation Data :
Latar Belakang: Di seluruh dunia, kasus pengeboman meningkat dan seringkali dipakai sebagai metode terorisme. Ledakan adalah penyebab paling umum jatuhnya korban. Minggu, 13 Mei 2018, tiga buah bom meledakkan tiga gereja di Surabaya. Dilaporkan ada 43 korban dan telah mengakibatkan 13 orang tewas saat itu juga.
Kasus: Terdapat 3 kasus dilaporkan sebagai korban ledakan bom. Kesemuanya kasus dengan luas luka bakar lebih dari 50%. Kasus pertama dan ketiga disertai trauma inhalasi sehingga perlu intubasi dan ventilator. Ketiga kasus diresusitasi dengan formula Baxter dan segera mendapatkan tindakan debridement luka bakar. Pada kasus pertama dan ketiga ditemukan debris logam pada bagian tubuh pasien. Kasus pertama pasien meninggal 20 jam pasca ledakan. Kasus kedua dan ketiga tetap bertahan setelah menjalani perawatan di intensive care unit (ICU) masing-masing selama 10 dan 29 hari.
Pembahasan: Trauma ledakan bom mempunyai 4 tahapan efek, yaitu primary (efek langsung tekanan), secondary (efek proyektil ledakan), tertiary (structure collapse dan terlemparnya korban), dan quarternary (luka bakar, trauma inhalasi, eksaserbasi penyakit kronis). Penanganan pasien luka bakar akibat cedera high order explosive pada hakekatnya sama dengan penanganan pasien luka bakar umumnya, berdasarkan tahapan primary dan secondary survey. Berdasar riwayat, penilaian awal dan penampakan klinis diduga ada trauma thermal jalan napas atas, proteksi jalan napas dengan intubasi segera dilakukan. Manajemen cairan kasus luka bakar untuk mempertahankan perfusi jaringan fase awal burn shock.
Kesimpulan: Korban cedera ledakan seringkali menunjukkan kombinasi 4 jenis trauma (ledakan, tumpul, tembus dan thermal). Dengan mengenali gambaran unik cedera ledakan, dokter akan lebih baik dan cepat menangani korban.
Note: This article has supplementary file(s).
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-21 10:21:49
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University as publisher of the journal. Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here:[Copyright Transfer Form JAI]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document:
Mochamat (Editor-in-Chief)
Editorial Office of JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University/ Dr. Kariadi General Hospital Medical Center (RSUP Dr. Kariadi)
Jl. Dr. Soetomo No. 16 Semarang, Central Java, Indonesia, 50231
Telp. : (024) 8444346
Email : janestesiologi@gmail.com
View My Stats
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License